Cerita Pilu Siswa di Samarinda Diusir Guru gegara Tak Punya HP-Seragam

Kalimantan Timur

Cerita Pilu Siswa di Samarinda Diusir Guru gegara Tak Punya HP-Seragam

Muhammad Budi Kurniawan - detikSulsel
Sabtu, 04 Jun 2022 19:23 WIB
Mediasi TRC-PPA Kaltim dengan pihak SD 002 Samarinda.
Foto: Mediasi TRC-PPA Kaltim dengan pihak SD 002 Samarinda. (dok. istimewa)
Samarinda -

Cerita pilu dialami siswa SD 002 Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) inisial MF (10) usai diusir guru saat hendak mengikuti ujian sekolah. Keluarga korban lantas menceritakan peristiwa yang dialami MF.

MF diusir awalnya karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka (PTM). Alasannya karena MF tidak memiliki handphone dan seragam sekolah.

"Saat itu saya ingin mengantarkan pensil, karena saat itu saya ingat keponakan saya tidak punya pensil. Saya ke sekolah, tapi saat di sekolah dia (MF) sudah ditemukan relawan menangis di pinggir jalan," ujar bibi MF, Munawarah kepada detikcom, Sabtu (4/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manuwarah mengaku sempat tak percaya atas pengakuan MF yang diusir gurunya pada Selasa (28/5) itu. Dia mengira MF berbohong telah diusir guru karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring maupun PTM.

"Saya pikir keponakan saya ini berbohong, tapi saat saya dengar sendiri dari teman kelasnya, mengatakan MF diusir, begitu sakit hatinya saya, sebab MF ini sangat butuh kasih sayang orang tua," katanya.

ADVERTISEMENT

Munawarah mengatakan MF saat itu mengalami tindakan tidak menyenangkan dari teman kelasnya. MF bercerita bahwa dirinya diusir lalu dilempar kertas, tangan MF juga ditarik paksa oleh seorang oknum guru.

"Dia (MF) di-bully oleh teman sekolahnya saat diusir, dan sempat dilempar kertas, ditambah ada seorang guru olahraga yang melakukan tindakan kasar dengan menarik tangannya hingga kesakitan," sebutnya.

Munawarah menyesalkan hal tersebut karena justru dilakukan oknum guru yang seharusnya memberi kesempatan kepada MF untuk mengikuti ujian bukan justru diusir.

"Maksud saya biarkan saja dulu, dia ikut ujian, naik atau tidak enggak papa yang penting keponakan saya ini bisa sekolah dulu, biarkan dia duduk kumpul bersama teman-temannya, tapi dari guru malah diusir," sambungnya.

Munawarah kemudian mendatangi sekolah dengan niatan mengklarifikasi pengakuan MF pada Kamis (2/6). Munawarah didampingi Tim TRC PPA Kaltim untuk menemui pihak sekolah.

Dari hasil mediasi, Munawarah meminta MF yang sudah kelas 4 SD dipindahkan ke sekolah lain. Namun dari pihak sekolah menganggap MF masih berada di kelas 3.

"Harusnya kan kelas 4 naik ke kelas 5, tapi dari pihak sekolah hanya mengakui MF naik ke kelas 3 jika dia pindah sekolah. Saya juga bingung penyampaian pihak sekolah berubah-ubah," ucapnya.

Munawarah menuturkan MF punya alasan tidak mengikuti pembelajaran daring dan PTM. Kendalanya yakni tidak memiliki handphone dan seragam sekolah karena terlilit persoalan ekonomi.

"Dulu waktu kelas 3, dia sempat ikut pembelajaran online, namun saat kelas 4 HP dia rusak dan tidak bisa digunakan untuk mengikuti pembelajaran secara daring," ungkapnya.

Dia mengaku sudah pernah melaporkan kendala MF kepada pihak sekolah pada awal masa pembelajarannya di kelas 4. Hanya saja pihak sekolah tidak menanggapi.

"Saya sudah coba berusaha melaporkan keadaan MF yang tidak memiliki HP, dan mempertanyakan nasib keponakan saya saat bagi rapor kelas 4, tapi enggak ada tanggapan," singgungnya.

"Saya pikir karena guru MF sibuk jadi saya tunggu saja, tapi sampai setahun juga tidak ada kabar, bahkan dari pihak sekolah juga tidak satupun yang datang ke rumah menanyakan kondisi MF, hanya melalui teman kelasnya saja," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang siswi SD 002 Samarinda, Kaltim inisial MF (10) diusir dari kelas saat hendak mengikuti ujian sekolah. Dia diusir lantaran tidak mengikuti pembelajaran daring serta PTM akibat tak memiliki HP dan seragam sekolah.

"Saat ingin ikut ujian, anak ini disuruh pulang oleh gurunya dengan nada tidak enak, karena anak ini tidak ikut pembelajaran selama setahun," jelas Ketua TRC-PPA Kaltim, Rina Zainun kepada detikcom, Jumat (3/6).

Peristiwa pengusiran itu terjadi pada Selasa (28/5). MF yang saat itu pulang usai diusir ditemukan oleh seorang relawan dengan kondisi menangis.

"Selain diusir, anak ini juga mendapat tindak bully dari teman kelas. Dia dilempar kertas dan buku saat diusir dari kelas oleh gurunya," ujarnya.

TRC-PPA Kaltim yang mendapat informasi tersebut kemudian membantu melakukan mediasi. Apalagi MF merupakan anak yatim yang ibunya meninggal sejak MF berusia 3 tahun. Sedangkan ayah kandungnya tengah mendekam di penjara.

"Anak ini dirawat oleh tantenya, dan keluarganya orang tidak mampu, tidak bisa membelikan handphone dan seragam untuk mengikuti pembelajaran sekolah," terangnya

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Mencicipi Es Susu Kedelai Legendaris di Samarinda yang Eksis Sejak 1986"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/hmw)

Hide Ads