Banjir di Kutai Timur Diduga Akibat Pembukaan Hutan Wilayah Hulu Jadi Tambang

Kalimantan Timur

Banjir di Kutai Timur Diduga Akibat Pembukaan Hutan Wilayah Hulu Jadi Tambang

Muhammad Budi Kurniawan - detikSulsel
Selasa, 22 Mar 2022 14:55 WIB
Buaya mengincar warga saat banjir merendam permukiman di Kutai Timur, Kaltim. (dok. Istimewa)
Foto: BuayaBanjir merendam permukiman di Kutai Timur, Kaltim. (dok. Istimewa)
Kutai Timur -

2 Kecamatan di wilayah Kutai Timur, Kalimantan Timur dilanda banjir yang disebut terparah dalam 20 tahun terakhir. Menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, banjir diduga karena adanya pembukaan hutan di wilayah hulu oleh perusahaan swasta dan menjadikannya area pertambangan.

"Besarnya banjir yang menerjang rumah warga di dua kecamatan telah kami prediksi akan terjadi. Tidak sulit untuk menghubungkannya mengingat hutan-hutan di wilayah hulu dari Sungai Sangatta telah dibabat habis oleh PT. KPC dan bukit-bukitnya dikeruk menjadi lubang tambang yang besar," jelas Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (22/3/2022).

Jatam Kaltim juga mencatat selama 39 tahun mengeruk bumi Kutai Timur, PT. KPC seringkali melakukan sejumlah pelanggaran. Daftar pelanggaran tersebut antara lain pertama, meracuni Sungai Sangatta dan Sungai Bengalon. Sepanjang tahun PT. KPC mengalirkan limbah tambangnya melalui kedua sungai ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dampak yang terjadi, badan Sungai Sangatta dan Sungai Bengalon mengalami penyempitan serta dasar sungai alami pendangkalan secara ekstrim. Air sungai sudah tidak lagi layak dipakai memasak dan konsumsi sehari-hari," jelas Pradarma.

"Hal lainnya ekosistem sungai yang rusak mengakibatkan makhluk lain yang hidup di sungai seperti buaya jadi terganggu," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

PT KPC Bantah Aktivitas Tambang di Hulu Jadi Pemicu Banjir

Dikonfirmasi terkait itu, Manager External Relation PT KPC, Yordhen Ampung membantah tudingan pihaknya yang memicu banjir besar di Kaltim. Dia menegaskan, banjir besar di Kutai Timur karena intensitas curah hujan yang sangat tinggi.

"Hujan terjadi secara merata di beberapa daerah di Kutai Timur. Sehingga itu lah yang menjadi penyebab utama banjir. Ditambah lagi dengan pasang surut air laut yang memasuki puncak tertingginya. Jadi bukan akibat aktivitas tambang KPC," ujar Yordhen

Yordhen menerangkan, selama ini kolam tambang KPC aman dan tidak ada yang jebol seperti yang diisukan. Salah satu indikasi tersebut adalah daerah-daerah di Kutim yang jauh dari tambang KPC, seperti Kecamatan Karangan, Telen di Kutim pun mengalami banjir.

"Jadi jelas bahwa banjir di berbagai tempat itu akibat curah hujan yang tinggi, jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan area tambang KPC," jelasnya.

Bahkan menurut Yordhen, pihaknya sedang bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat untuk untuk membantu korban terdampak banjir, menyalurkan berbagai kebutuhan pokok seperti sembako melalui kecamatan.

"Kami malah membantu memberikan kebutuhan bayi dan anak-anak seperti pampes, susu, vitamin, dan makanan bagi pengungsi dan berbagai bantuan lainnya," paparnya.

Untuk diketahui, banjir yang terjadi di Kutim telah merendam setidaknya 2.477 unit rumah di 2 kecamatan, Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan.

Selain itu banjir juga masih terlihat di jalan-jalan protokol yang ada di Kutim.

"Memang ada penurunan debit air dari 30 hingga 40 centimeter, kedalaman masih se-dada orang dewasa, namun untuk di jalan protokol ketinggian air hanya di bawah lutut," ucap Ketau BPBD Kutim, Syafruddin.

Syarifuffin mengatakan banjir yang terjadi pada Sabtu (19/3) berdampak terhadap 3.937 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 16.896 jiwa. Selain itu tercatat setidaknya sebanyak 2.477 unit rumah terendam banjir dan 1200 warga telah diungsikan.

"Ada 1200 warga yang mengungsi di masjid Agung Sangatta, dan kebanyakan merupakan orang tua dan anak-anak, dan sebagain lagi warga masih bertahan di rumah atau jalan-jalan," ujarnya.




(nvl/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads