Langkah reformasi diperlukan untuk mengubah paradigma kebudayaan dari sekadar warisan pasif menjadi aset aktif yang memberikan dampak langsung bagi ekonomi.
Pada Agustus 1945 uang yang beredar adalah campuran dari mata uang Jepang, Belanda, dan bahkan beberapa mata uang lokal yang dicetak oleh pejuang di daerah.