Musim kemarau menyebabkan masyarakat kekurangan pasokan air. Menghemat dan memaksimalkan penggunaan air dapat mencegah kekeringan saat musim kemarau. Salah satunya caranya adalah dengan memanfaatkan kembali air bekas cucian.

Hal ini disampaikan oleh Niwono Yoga, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, kepada detikcom belum lama ini. Ia mengatakan bahwa masyarakat harus mulai melakukan aksi pencegahan dengan menggunakan air secara efektif.

"Jangan lagi menggunakan air secara boros dan gunakan air dengan efektif. Misalnya, air bekas cucian beras, sayur, dan aktivitas lain di dapur itu sebaiknya ditampung dan digunakan lagi untuk menyiram tanaman," kata Niwono.

Dalam penjelasannya, Niwono mengatakan bahwa air dari keran sebaiknya diprioritaskan untuk keperluan memasak dan mandi. Sementara itu, menyiram tanaman sebaiknya menggunakan air bekas cucian beras, sayur, dan aktivitas lain di dapur yang sebelumnya ditampung.

Niwono menambahkan bahwa perilaku menghemat dan menggunakan air secara efektif ini sebaiknya dibudayakan di masyarakat.

"Cara-cara menghemat dan menggunakan air yang efektif harus terus diajarkan dan menjadi budaya," jelasnya.

Hal ini merupakan respons Niwono atas kebiasaan masyarakat melakukan pengeboran untuk memperdalam sumur guna mendapatkan pasokan air saat musim kemarau. Ia menilai bahwa kebiasaan masyarakat ini justru memiliki efek jangka panjang yang buruk bagi lingkungan.

"Memperdalam sumur hanya menyelamatkan diri masing-masing, sementara aktivitas 'menabung' dilupakan karena kita hanya bisa menyedot terus dan ini yang akan menjadi permasalahan lingkungan," kata Niwono.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu vie email ke redaksi@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.