Presiden Prabowo Subianto akan mengganti rumah-rumah warga yang rusak karena banjir di Sumatera. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto mengatakan sudah ada beberapa skema yang disiapkan.
"Nah rumahnya itu ada beberapa skema. Ini arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto. Kalau untuk kepentingan rakyat itu semuanya harus betul-betul diprioritaskan," kata Suharyanto dalam konferensi pers BNPB Indonesia, yang dilihat detikcom dari siaran ulang pada Senin (1/12/2025).
Bagi rumah warga yang rusak ringan akan mendapat bantuan berupa uang tunai senilai Rp 15 juta. Mereka dapat memanfaatkan uang bantuan tersebut untuk merenovasi atau memperbaiki bagian rumah yang rusak akibat banjir dan longsor.
Kemudian, untuk rumah yang mengalami kerusakan sedang, pemerintah menyiapkan uang bantuan senilai Rp 30 juta untuk perbaikan atau renovasi. Sementara untuk rumah yang rusak berat akan dibangun rumah baru oleh negara.
"Untuk yang rusak ringan-sedang itu diganti kerusakannya dalam bentuk uang skemanya Rp 15 juta rusak ringan, Rp 30 juta rusak sedang. Bagaimana yang rusak berat? Tertutup? Diganti oleh pemerintah rumah baru," ungkapnya.
Pemerintah juga sudah menyiapkan skema setelah 1 minggu usai kejadian. Menurut Suharyanto setelah seminggu di pengungsian pasti ada beberapa masyarakat yang ingin kembali beraktivitas atau meninggalkan pengungsian. Pemerintah memperbolehkan pengungsi keluar dari pengungsian. Bahkan jika belum memiliki hunian yang layak bisa mendapatkan bantuan biaya rumah sewa atau disebut dengan Dana Tunggu Hunian.
"Bisa ngontrak, uang ngontraknya namanya Dana Tunggu Hunian. Didukung pemerintah pusat lewat BNBP, itu jumlahnya Rp 600 ribu per KK per bulan," katanya.
Lalu, apabila tidak punya kontrakan dan sanak saudara dekat sana, pemerintah akan memberikan bantuan berupa pendirian rumah sementara. Seperti namanya, rumah ini tidak selamanya bisa dihuni oleh masyarakat, melainkan hingga mereka mampu untuk memiliki hunian tetap.
"Jika dia tidak punya sanak saudara, tidak punya tempat ngontrak, sudah menyerahkan badannya dirinya kepada pemerintah, tapi tidak mungkin tinggal di tenda berbulan-bulan, maka kita akan bangunkan hunian sementara. Bentuknya rumah, layak, bisa tinggal bertahun-tahun di situ, tetapi hunian sementara, bukan hunian tetap," terangnya.
Skema-skema bantuan rumah ini akan didorong setelah akses menuju lokasi bencana dan jalur komunikasi dapat terbuka.
"Karena kita masih fokus ke akses dasar ya, masyarakat itu bingung, setelah ini dibuka, 'aku mau ke mana?' Nah ini juga jadi program kita supaya mereka tenang, ketika berdialog dengan rakyat kita sampaikan bahwa tidak perlu khawatir. Langkah ini kan akses dulu, komunikasi dulu, bajunya dulu, baru nanti mikir rumahnya gimana?" ujarnya.
Sementara itu, dilansir detikNews, jumlah korban jiwa akibat bencana banjir hingga longsor di Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), hingga Sumatera Utara (Sumut) terus bertambah. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) hingga Minggu (30/11) malam, korban jiwa di wilayah Sumatera Utara (Sumut) mencapai 217 orang. Pada proses evakuasi kemarin, banyak korban ditemukan di wilayah Tapanuli Selatan.
Pada wilayah Aceh sendiri total 96 orang meninggal dunia dan 75 lainya masih hilang. Data korban jiwa tersebar di 11 Kabupaten/Kota. Lalu, wilayah Sumatera Barat jumlah korban tewas menjadi 129, sementara 118 lainnya masih hilang. Suharyanto menyebut kondisi Sumatera Barat sudah lebih pulih dibandingkan dengan Aceh dan Sumatera Utara.
Simak Video "Video: Prabowo Minta Maaf Sering Panggil Menteri Rapat Sabtu-Minggu"
(aqi/zlf)