Menurut para ahli U.N., seperempat dari populasi perkotaan dunia sekitar 900 juta tinggal di daerah kumuh. Namun siapa sangka, ada beberapa kisah sukses daerah kumuh yang berhasil 'naik derajat' jadi kota berkembang.

Cerita itu, datang dari sebuah kawasan di Amerika Latin. Menurut sejarah, Amerika Latin dan Karibia diketahui saat ini 24% penduduk perkotaan di kawasan tersebut tinggal di daerah kumuh. Sehingga, butuh strategi penting bagaimana kawasan kumuh itu bisa diperbaiki yaitu dengan menyediakan perumahan bagi masyarakat miskin sebagai prioritas kawasan menjadi urbanisasi di masa depan.

Kawasan yang dimaksud adalah Ciudad Neza atau Nezahualcóyotl. Kawasan ini dulunya merupakan daerah lusuh yang berada di dasar Danau Texcoco, dimana hamparan danau tersebut dikeringkan untuk memerangi banjir selama ratusan tahun yang kini jadi hamparan luas tempat berdirinya area pemukiman warga dari berbagai penjuru Meksiko.

Sayang, kawasan tersebut tak bisa ditanami untuk keperluan pertanian karea terlalu asin untuk pertanian. Akhirnya, lahan kering itu diambil oleh pengembang yang mayoritas membangun jaringan jalan dan menjual 'paket perumahan' yang mayoritas tanpa hak milik.

Dikutip dari World Economic Forum, Kamis (3/8/2023), dalam ledakan migrasi perkotaan pada pertengahan abad ke-20, banyak penduduk yang mendirikan gubuk dari kayu dan karton tanpa adanya listrik, sistem pembuangan limbah atau air yang mengalir.

Bahkan, sekolah, transportasi dan perawatan kesehatan di lingkungan ini dianggap berbahaya menurut standar Meksiko.

Meski masih jauh dari kata sempurna, namun ini bisa menjadi pelajaran bagi kota lain dalam kesadarannya mengenai pengembangan dan ketahanan sebuah kota.

Alih-alih digusur, pinggiran kota kumuh seperti Neza ini justru didukung dan ditingkatkan untuk menciptakan kota berkembang.

Kota ini dipenuhi dengan penduduk dengan komunitas kontras dimana rumah-rumah rapi berdampingan dengan gubuk-gubuk yang ditutup kain compang camping, gerobak kuda melewati mobil.

Banyak penduduk memberikan opininya untuk tetap tinggal di Neza karena perkampungan kumuh ini sukses dalam pembangunan setelah pasca Perang Dunia Kedua.

"Saya percaya bahwa keberadaan saya dikarenakan suatu alasan untuk berbuat lebih baik untuk diri saya sendiri dan menginginkan untuk para komunitas akan saya dukung," ucap ibu muda yang tinggal di kota tersebut, Eloisa Vasquez Morales.

"Terlepas dari masalah, cerita ini bukanlah seperti 'Ya ampun, perkampungan kumuh yang mengerikan'. Di satu sisi, ini adalah kisah sukses, terlepas dari masalah saat ini," kata Priscilla Connolly Dietrichsen, seorang profesor sosiologi perkotaan di Universidad Autónoma Metropolitana di Mexico City.

Jadi Pilihan Kota Tinggal

Reputasi Neza sebagai perkampungan kumuh terbesar di dunia sudah tidak berlaku lagi ketika populasinya digabungkan dengan dua daerah kumuh lainnya beberapa dekade lalu. Para ahli juga menyatakan bahwa pada tahun 1970-an, penduduk bersatu untuk menuntut layanan dan program pemerintah untuk meresmikan kepemilikan atas aset mereka dengan menerbitka sertifikat tanah.

Selain itu, penduduk Neza entah karena pilihan atau bukan cenderung tetap bertahan. Bahkan, bagi penduduk yang berpendidikan dan punya cukup uang mungkin menemukan sedikit peluang di tempat lain, mereka tetap memilih bertahan.

"Jutaan orang telah diberikan tempat tinggal yang dapat mereka sebut milik mereka sendiri, yang mereka rawat, dan mereka memiliki komunitas," ucap Michael Waldrep, pembuat film dokumenter yang telah melakukan penelitian ekstensif di Mexico City.

"Anda harus memberikan penghargaan kepada para aktivis tanpa nama yang tak kenal lelah yang bekerja selama beberapa dekade untuk menjadikan ini tempat yang berfungsi," tambahnya.

Masih Menyisakan Sisi Gelap

Di samping reputasi Neza sebagai kota yang pembangunannya terus berkembang, masih ada stigma yang melekat sebagai daerah berbahaya dan tingkat kejahatan tinggi, kata Mirna Andrade, pengelola Pusat Komunitas Anak Xocoyotzin, yaitu salah satu dari beberapa pusat penitipan anak yang dimulai oleh ibu-ibu setempat yang kini menerima bantuan dari badan amal global Save the Children.

Tempat penitipan untuk orang tua yang bekerja sebagai buruh, pekerja pabrik, petugas pompa bensin atau penjahit dengan bayaran sebesar 800 peso sebulan untuk pengasuhan anak (US$ 41 atau setara dengan Rp 615 ribu)

Orang-orang mengatakan "Jaga barang-barangmu karena dia dari Neza," dan pepatah umumnya adalah "Pencuri kembali tidur di Neza," ucap Mirna.

Penduduk mengatakan Neza membutuhkan sekolah yang layak dan pekerjaan lokal. Banyak orang melakukan perjalanan jauh untuk mengejar kereta api di ujung timur sistem kereta bawah tanah Mexico City yang terpencil.

Warga setempat seperti pemulung mengulik sampah sementara para remaja yang diidentifikasi sebagai penduduk setempat beredar di luar setiap sudut jalan sebagai pengedar narkoba. Ditambah, Neza tidak memiliki air mengalir pada kebanyakan rumah.

Kurangnya zonasi juga menjadi faktor pengusaha mikro banyak yang bekerja dari rumah atau tempat rapat bersama seperti co-working space.

"Argumen saya adalah mari kita berhenti bertanya apa yang bisa dilakukan perencanaan kota untuk memperbaiki kota melainkan fokuslah dengan pemahaman kita bahwa belajar dari proses itu bersama orang-orang yang didasarkan bahwa penduduk yang mengubah wilayah ini," ucap Juan Francisco Perez Buendia, 42, seorang penduduk seumur hidup yang bekerja untuk Institut Perumahan Negara Bagian Meksiko

"Ada orang yang secara efektif memiliki sumber daya dan bisa tinggal di tempat lain yang aman. Namun, sungguh saya pikir mereka menyukai Neza," tambahnya.