The Great Flood: Ketika Dunia Tenggelam

The Great Flood, film terbaru Netflix yang disutradarai oleh Kim Byung Woo, dimulai dengan adegan yang sangat normal.

Gu An-na (Kim Da Mi) tertidur pulas saat anaknya, Ja-in (Kwon Eun Seong), mengganggunya di ranjang. Dengan kacamata renang di kepalanya, Ja-in minta izin kepada ibunya untuk diving di luar apartemen yang katanya sudah menjadi kolam renang. An-na yang masih mengantuk merespons permintaan anaknya dengan seenaknya.

An-na kemudian membuatkan sarapan sementara Ja-in masih terus mengatakan bahwa ia ingin berenang. Sementara An-na menghubungi ibunya, Ja-in duduk tenang menggambar. Ketenangan ini berhenti saat An-na menyadari sesuatu: air memasuki apartemennya.

Ia kemudian melihat jendela dan menyaksikan hujan yang tak berhenti dan air yang sebentar lagi akan memasuki apartemen. Tidak butuh lama bagi An-na untuk panik.

Sebuah pengumuman melalui speaker meminta semua penghuni apartemen untuk segera naik ke atas. An-na langsung mempersiapkan segalanya sambil menggendong Ja-in.

Bisa dibayangkan, betapa repotnya untuk mengungsi ketika kamu tinggal di apartemen dengan ribuan penghuni. Tapi An-na tidak menyerah, ia terus mencari jalan lain.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan petugas keamanan bernama Son Hee-jo (Park Hae Soo), yang dikirim untuk menyelamatkannya. Tapi misi ini tidak seperti yang An-na kira dan kelak ia akan mengetahui rahasia gelap di balik bencana ini.

Review The Great Flood (spoiler alert!)

Adegan dalam film Netflix The Great Flood. Foto: dok. Netflix

Jangan remehkan kekuatan film soal bencana. Pernah ada momen saat film-film seperti Armageddon, The Day After Tomorrow, 2012 dan lain-lain dipakai oleh studio Hollywood untuk mendatangkan penonton. Alasannya jelas: penonton suka sekali menyaksikan skenario kiamat ketika karakter-karakternya berusaha keras untuk menyelamatkan diri.

The Great Flood bukan film seperti itu meskipun awalnya dimulai seperti film-film bencana tersebut.

Kim Byung Woo yang dibantu oleh Han Ji Su sengaja mengecoh penonton untuk menawarkan kisah yang agak lebih kompleks. Setelah berbagai usaha yang menyusahkan karakter utama untuk menyelamatkan diri dan Ja-in untuk sampai ke rooftop, film ini berubah dari film bencana ke film sci:fi.

The Great Flood setelah itu berubah menjadi film yang karakternya harus mengalami skenario yang sama setiap saat.

Sebenarnya keputusan pembuat film ini untuk membuat twist perlu diacungi jempol. Tapi sayangnya kenekatan mereka tidak sepenuhnya berhasil.

Ketika The Great Flood menunjukkan bahwa seluruh kejadian yang ada di film adalah simulasi untuk masa depan manusia ketika Bumi tidak bisa lagi dihuni, film ini menjadi tontonan yang agak sedikit konyol.

Adegan dalam film Netflix The Great Flood. Foto: dok. Netflix

Perkawinan antara kedua genre ini kurang berhasil karena banyak momen yang kurang terurai dengan baik. Transisinya juga terasa janggal, karakter-karakternya kurang kuat dan yang terpenting: aturan mainnya kurang jelas.

Aturan main yang kurang jelas ini membuat saya sebagai penonton kurang begitu terikat dengan apa yang hadir di layar. Hadirnya flashback, flash-forward dan semua grafis simulasi malah membuat film ini terasa agak sedikit membingungkan.

Untungnya, meskipun The Great Flood kurang begitu memberikan impact yang emosional, film ini tidak membosankan.

Kim Byung Woo berhasil mempersembahkan visual yang meyakinkan. Menyaksikan tsunami raksasa di tengah-tengah daerah perkotaan cukup berhasil membuat The Great Flood menegangkan. Visual efeknya lumayan menggetarkan.

Permainan Kim Da Mi sebagai tokoh utama cukup menyelamatkan film ini. Park Hae Soo seperti biasa bisa diandalkan untuk menjadi sosok keras yang menyimpan misteri.

Tapi The Great Flood adalah milik Da Mi. Dia jangkar yang membuat The Great Flood enak ditonton sampai ending meskipun hasil akhirnya kurang begitu memuaskan.

The Great Flood tayang di Netflix.

--

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.