David Van Reybrouck Terbitkan Buku Revolusi di Jakarta

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Penulis Revolusi David Van Reybourck saat peluncuran di Gramedia Jalma, Jakarta Selatan, Senin (3/11).
Foto: Dok.Gramedia Pustaka Utama
Jakarta - Penulis asal Belgia, David Van Reybrouck, terbitkan buku Revolusi edisi bahasa Indonesia di Gramedia Jalma, kawasan Blok M, Jakarta Selatan, hari ini. Buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) menghadirkan kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam gaya yang naratif dan ringan layaknya membaca cerita fiksi.

Lulusan Universita Leiden, Belanda, itu cerita buku Revolusi menghadirkan sudut pandang baru terhadap perjuangan Indonesia yang gak cuma jadi narasi nasional.

"Revolusi menjadi bagian penting dari gelombang besar dekolonisasi dunia setelah Perang Dunia. Indonesia juga bukan bangsa pertama yang memproklamasikan kemerdekaan setelah Jepang di tahun 1945," katanya saat peluncuran buku, Senin (3/11).

Sebelum bukunya jadi, ia melakukan riset dan proses penulisan selama lebih dari 7,5 tahun. David Van Reybrouck melakukan riset lintas benua dan mewawancarai lebih dari 200an narasumber. Dari Jakarta, Jawa Timur, Manado, sampai menelusuri jejak sejarah ke Jepang, Nepal, dan Belanda.

Ia melakukan pendekatan jurnalistik yang menghasikan narasi dengan fakta sejarah, kesaksian personal, dan konteks geopolitik global.

Penulis Revolusi David Van Reybourck saat peluncuran di Gramedia Jalma, Jakarta Selatan, Senin (3/11).Penulis Revolusi David Van Reybourck saat peluncuran di Gramedia Jalma, Jakarta Selatan, Senin (3/11). Foto: Dok.Gramedia Pustaka Utama

Chief Editor Gramedia Pustaka Utama, Andi Tarigan, cerita tulisan David Van Reybrouck berhasil menuliskan sejarah Indonesia dengan cara yang hidup.

"Ia menghubungkan perjuangan kemerdekaan kita dengan konteks internasional yang jarang disentuh oleh sejarawan Barat," ungkapnya.

FYI detikers, sebelum menulis buku Revolusi, ia dikenal sebagai penulis Congo: The Epic History of a People. Buku ini memenangkan 20 penghargaan, terjual lebih dari setengah juta eksemplar, dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa.

Karyanya yang lain, Against Elections, telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa dan memicu percobaan demokrasi partisipatoris di Belanda, Belgia, Spanyol, dan tempat-tempat lain.

Naskah lakonnya, Mission dan Para, telah dipentaskan di berbagai penjuru Eropa, dan novelnya, Zinc, memenangkan European Book Prize 2017.

Revolusi terbit pertama kali di Belanda dan menjadi buku terlaris. David Van Reybrouck disebut-sebut sebagai "salah satu intelektual terkemuka di Eropa" (Der Tagesspiegel) dan "salah satu intelektual Eropa paling cemerlang masa kini" (Le Soir). Dia orang Belgia, menulis dalam bahasa Belanda, dan tinggal di Brussels.


(tia/aay)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO