Cerita Sutradara Thailand Terharu Filmnya Ludes di JWC 2025

Rakhmad Hidayatulloh Permana
|
detikPop
Nawapol Thamrongrattanarit di JWC 2025.
Foto: Dok. JWC 2025
Jakarta - Kemeriahan Festival Jakarta World Cinema (JWC) 2025 tak terlepas dari kehadiran dari para sineas negara lain. Salah satunya ialah sutradara asal Thailand, Nawapol Thamrongrattanarit.

Nawapol bukanlah nama asing bagi para penonton Indonesia. Beberapa film Nawapol yang cukup dikenal di Indonesia yakni seperti Happy Old Year (2019) dan Fast and Feel Love (2022).

Kali ini, Nawapol datang ke Indonesia untuk film teranyarnya, Human Resource (2025). Film ini tayang di JWC 2025 dan tiketnya selalu habis. Nawapol mengaku terharu dengan antusiasme penonton Indonesia.

"Saya sangat tersentuh melihat antusiasme penonton Jakarta. Bahkan, lima pertunjukan film Human Resource terjual habis hanya dalam hitungan singkat saat presale tiket JWC dibuka," kata Nawapol dalam sesi Coffee Break with Festival Guest and Media di CGV Lounge, Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (28/9/2025).

"Itu pengalaman yang sangat berharga bagi saya sebagai pembuat film," ujarnya.

Ia pun menguncapkan terima kasih kepada para penonton Indonesia. Dia senang bisa bertemu dengan para penggemarnya.

"Saya tahu film-film saya sebelumnya banyak ditonton oleh audiens Indonesia. Karena itu, saya merasa ini adalah momen yang tepat untuk akhirnya bisa bertemu langsung dengan mereka di Jakarta World Cinema. Terima kasih atas dukungan yang begitu besar," ungkapnya.

Nuansa serupa juga dirasakan sutradara asal China, Jing Yi. Jing Yi datang dengan filmnya, The Botanist (2025). Dia senang dengan antusiasme penonton Indonesia.

Dalam diskusi ini, Jing Yi menyinggung soal industri sinema Hong Kong tak sekuat dulu.

"Industri film Hong Kong tidak sekuat dulu. Banyak sutradara terbaik dari Hong Kong kini lebih banyak berkarya di Tiongkok, karena di sana ada dukungan industri yang lebih besar," katanya.

Sementara itu, sutradara Iran-Amerika Serikat, Mehrnoush Alia juga senang film Iran ditonton di Indonesia. Dia membawa filmnya, 1001Frames (2025) ke sini senang atas apresiasi penonton. Padahal, di Iran, film-film ini bukanlah tontonan masyarakat awam.

"Film-film Iran yang banyak diapresiasi di festival-festival internasional, termasuk yang kalian saksikan di sini, sebenarnya bukanlah tontonan favorit penonton awam di negara asal saya. Namun justru film-film itu menjadi wajah yang mewakili kami di dunia internasional," ujarnya.

Programming Director Daniel Irawan menambahkan bahwa Jakarta World Cinema kini telah menjadi festival film internasional terbesar di Jakarta. Baginya, festival ini bukan soal nonton film.

"Festival film tidak hanya soal menonton film, tetapi juga memiliki arti dan tujuan penting. Di antaranya adalah sebagai sarana aktualisasi diri, refleksi, dan ruang dialog di tengah kemajuan dunia yang begitu cepat," ujarnya.


(rdp/ass)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO