Caessaria Cerita Perjalanan Emosional Gelap ke Terang di Album Dystopia

Arin hadir dengan vokal emosional sekaligus merancang konsep visual yang jadi wajah album, Supernova menghidupkan eksplorasi musik dengan ambience gitar yang luas dan atmosferik, sementara Arif memperkuat detail teknis lewat mixing & mastering. Kombinasi tiga peran ini bikin fondasi Caessaria terasa lebih solid, matang, dan fresh.
Album Dystopia diisi tujuh lagu yang disusun kayak sebuah perjalanan emosional. Mulai dari Venomous Ties tentang ikatan beracun, lanjut ke No Regret yang muncul dengan wajah baru, lalu Alien & Sun yang bawa pendengar terbang ke ruang kosmik, sampai klimaks dramatis lewat Edge of The Light.
Setelah itu, suasana melandai dengan balad reflektif The Hardest Thing, beranjak ke Closer yang intim tapi haunting, sebelum akhirnya ditutup megah oleh Angdimano.
Tentang Angdimano, Arin cerita kalau inspirasi judulnya muncul tiba-tiba saat sesi kreatif bareng Supernova di suatu malam. Kata itu berasal dari bahasa Minang yang berarti "kau di mana".
Uniknya, terdengar seperti bahasa asing padahal berakar dari Nusantara. Arin membayangkan bagian akhir lagu dengan vokal yang diolah menyerupai choir string seriosa, mengulang "angdimano... angdimano... angdimano" sehingga tercipta suasana magis, kayak sebuah panggilan yang terus menggema.
Dari segi konsep, album ini juga konsisten menampilkan simbol gerhana bulan, moon & eclipse, sebagai gambaran batas antara terang dan gelap. Hasilnya, Dystopia bukan cuma sekadar kumpulan lagu, tapi juga sebuah pengalaman emosional dan artistik yang utuh, lengkap dengan lirik yang ditulis seperti cerita dan ambience khas gitar Supernova.
"Kami ingin Dystopia bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan. Semoga musik ini bisa jadi jendela kecil untuk melarikan diri, menyembuhkan, dan menyadarkan bahwa di balik gelap selalu ada cahaya. Semoga album ini bisa menembus batas ruang, waktu dan hati siapapun yang mendengarnya".
(dar/dar)