Ada AK-47 di Balai Desa, Produser Merah Putih Buka Suara

Asep Syaifullah
|
detikPop
Cuplikan adegan di trailer Merah Putih: One For All (2025).
Foto: Dok. Perfiki Kreasindo
Jakarta -

Film animasi Merah Putih: One For All jadi sorotan karena beberapa keanehan yang tampilkan di trailernya. Salah satu yang ramai dibahas adalah senjata laras panjang AK-47 yang terlihat di dalam gudang di balai desa.

Dalam tayangan detikPagi, Senin (11/8), produser sekaligus sutradara film animasi tersebut yakni Endiarto memberikan jawaban atas keganjilan itu. Menurutnya itu hanyalah sebuah properti yang akan digunakan untuk pentas dalam rangka perayaan malam HUT RI ke-80 di desa tersebut.

"Itu kan gudang balai desa, tempat penyimpanan bendera dan momen perayaan 17 Agustus. Jadi itu adalah properti untuk peringatan 17 Agustus. Jadi bukan senjata beneran. Karena itu buat pentas mereka, dipake sama yang menjadi tentara Belanda," terangnya.

Ia pun turut menjawab pertanyaan netizen mengenai kualitas film tersebut. Baginya ini merupakan bentuk sumbangsih dari mereka yang berkecimpung di industri film untuk negara ini dan jika memang dinilai kurang baik, ia pun menerima masukan dan menunggu kolaborasi untuk memperbaiki hal tersebut ke depannya.

"Kalau dianggap di mata umum belum sempurna ayo kita kolaborasi, apa yang bisa kita sumbangkan di bidang media hiburan film ini," ungkapnya.

Sementara itu mengenai dana yang ramai disebut hingga miliaran rupiah, Endiarto justru bingung dari mana angka itu bisa muncul.

"Saya gak tau juga itu angka ketemu dari mana (soal dana Rp 6,7 miliar), dari langit atau apa. Bahkan ada media yang wawancara saya betul gak ada anggaran Rp 64 M? Waduh saya kalau betul dapat itu udah glowing," jawabnya.

Padahal jumlah itu muncul lewat unggahan si produsernya Toto Soegriwo dan juga keterangan di laman web Perfiki. Sebuah media juga mengunggah wawancara dengan Toto, menuliskan total biaya yang dikeluarkan film tersebut. Unggahan media itu lalu diposting lagi oleh Toto, seolah gak keberatan dengan isi beritanya.

"Film garapan Endiarto dan Bintang ini berdurasi 70 menit ini diketahui memakan budget produksi hingga Rp 6,7 miliar seperti yang diutarakan Produser Eksekutif Sonny Pudjisasono," tulisnya dalam akun pribadinya.

Endiarto pun menjelaskan soal sumber dana yang mereka pakai untuk memproduksi film tersebut. Ia awalnya menjelaskan jika Perfiki Kreasindo ini sendiri bukan BUMN, apalagi lembaga pemerintah.

Mereka ada di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, sebuah yayasan nirlaba yang memang fokus memajukan perfilman nasional. Jadi meskipun temanya nasionalis banget, ini proyek internal dari orang-orang industri film, bukan duit negara yang dibelanjain.

"Ini sumbangsih kami, biayanya juga kami gotong royong. Jadi semua termasuk dubber dan kru kita gak pake orang-orang yang top. Kalau kita pakai orang-orang yang sudah punya nama, dari mana kita bisa kasih mereka apresiasi. Kita urunan gotong royong sama mereka yang punya niat, nah gotong royongnya jangan salah juga. Kita bukan gotong royong dalam bentuk uang, tapi effortnya," pungkasnya.

Tapi yang jelas sih, katanya film kemerdekaan ini gak ada campur tangan pendanaan dari pemerintah.

Saksikan Live DetikSore:




(ass/nu2)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO