Bruce Willis Kini Gak Bisa Lagi Bicara, Membaca, dan Berjalan

Dia kini dilaporkan the express sudah gak bisa lagi berbicara, membaca, atau bahkan berjalan, akibat demensia frontotemporal (FTD) yang terus berkembang.
Kalau kamu ingat, Bruce pertama kali mundur dari dunia akting pada 2022 karena didiagnosis aphasia, gangguan bahasa yang mempengaruhi kemampuannya untuk berbicara dan memahami kata.
Setahun kemudian, keluarga mengungkap diagnosis berkembang menjadi FTD, jenis demensia langka yang menyerang bagian otak yang mengatur kepribadian, perilaku, dan kemampuan bahasa.
Bruce kini berusia 70 tahun. Walaupun keluarganya gak terlalu sering membagikan detail soal keseharian sang aktor, kabar terbaru menyebut bahwa dia kini lebih banyak diam dan mulai mengalami kesulitan bergerak.
Meski begitu, istri Emma Heming dan kelima anaknya, termasuk Rumer, Scout, dan Tallulah dari pernikahannya dengan Demi Moore, tetap jadi garda terdepan yang terus menjaganya.
Mereka bahkan tetap aktif di media sosial untuk berbagi cerita dan meningkatkan kesadaran tentang FTD. Buat mereka, ini bukan hanya tentang menjaga Bruce, tapi juga memberi makna pada kondisi yang mereka hadapi bersama.
"Aku ingin semuanya kembali," tulis Emma di media sosial dengan jujur. Tapi di balik kalimat itu, dia juga bilang bahwa Bruce, meski diam, masih terus mengajarkan arti kekuatan, kehadiran, dan cinta tanpa syarat.
Emma bahkan akan merilis buku berjudul The Unexpected Journey, tentang perjalanannya merawat Bruce, bisa jadi panduan berharga buat keluarga lain yang menghadapi hal serupa.
Tallulah, anak bungsu Bruce dan Demi, juga aktif membagikan momen keluarga yang mengharukan. Dalam salah satu fotonya, dia duduk di samping sang ayah sambil menggenggam tangannya, senyum kecil tetap tersungging di wajahnya. Di foto lain, Bruce tampak duduk ditemani calon menantunya, Justin Acee, dalam suasana yang hangat dan penuh cinta.
Tallulah juga pernah cerita di The Drew Barrymore Show bahwa keputusannya membagikan foto-foto itu bukan sekadar konten keluarga, tapi bagian dari upaya menyebarkan kesadaran tentang FTD.
"Kalau apa yang kami alami bisa bantu orang lain, mengubah rasa sakit jadi sesuatu yang bermakna, itu berarti banget buat kami," ujarnya.
(nu2/ass)