Hobi Burung Kicau Disebut Bikin Hutan Sunyi, Pasar Burung Makin Riuh

Serial dokumenter terbaru David Attenborough, Asia, menayangkan episode terakhirnya pada Minggu, 15 Desember. Episode ini membawa penonton menyusuri keindahan Asia sekaligus menyoroti ancaman serius bagi spesies-spesies yang nyaris punah.
Salah satu segmen yang bikin hati terenyuh adalah kisah beruang madu yang hampir punah, namun ada yang gak kalah genting dan jadi sorotan besar, terkait tradisi unik di Indonesia: kompetisi burung kicau.
Siapa sangka, di balik suara merdu burung-burung dalam sangkar itu, menurutnya ada ancaman besar terhadap populasi mereka di alam liar.
"Di beberapa hutan di Asia, satwa liar sedang diambil dalam jumlah yang mengkhawatirkan," ujar pria yang dikenal sebagai sejarawan alam dalam narasinya di A Life on Our Planet. Kamera kemudian berpindah ke lebatnya hutan di kawasan Indonesia.
Hutan itu seharusnya menjadi rumah bagi berbagai jenis burung dengan kicauan merdu. Tapi faktanya, hutan dianggap semakin sunyi, sementara pasar burung makin riuh.
Tradisi memelihara burung berkicau di Indonesia terjadi sejak lama. Apalagi, belakangan tren bermunculan, salah satunya kompetisi burung kicau dengan hadiah besar.
Sayangnya, banyak burung yang digunakan dalam kompetisi ini ditangkap langsung dari alam liar. Kegiatan ini, meski terlihat menghibur, justru dianggap mendorong beberapa spesies ke ambang kepunahan.
Di tengah ancaman itu, muncul Panji, seorang pelestari lingkungan yang fokus melindungi salah satu burung paling langka di dunia, Javan Green Magpie atau Hijau Jawa. Panji mengelola fasilitas berkeamanan tinggi untuk menjaga lebih dari 40 ekor Hijau Jawa, dengan misi mengembalikan mereka ke habitat aslinya.
Tapi perjuangannya jauh dari mudah. Dalam dokumenter yang tayang di Netflix ini, Panji terlihat mendengarkan rekaman suara hutan selama berjam-jam demi melacak pasangan potensial untuk burung-burungnya.
Puncaknya dia bertemu dengan salah satu peserta kompetisi burung kicau bernama Neo dan berhasil meyakinkannya untuk menyumbangkan seekor Cucak Ijo ke fasilitasnya. Panji menyebut diperkirakan hanya tersisa kurang dari 50 ekor Cucak Ijo di alam liar.
Selain burung, episode terakhir Asia juga menampilkan kisah dua ahli biologi laut yang mencoba menyelamatkan embrio bayi hiu dari tubuh induknya yang tewas terkena jaring nelayan.
Dengan teknologi canggih, mereka menciptakan sistem inkubasi yang meniru rahim induk. Embrio diberi nutrisi dari kantung kuning telurnya, dikelilingi cairan kimia khusus, dan dijaga dalam kegelapan untuk meniru kondisi alami.
Inovasi ini jadi harapan baru bagi populasi hiu di tengah ancaman eksploitasi laut.
(dar/nu2)