Band Psychobilly asal Temanggung, Prison Of Blues (POB) menyelesaikan 50 Gigs Tour dalam waktu tiga bulan, dari Indonesia sampai Eropa. Band yang dikenal dengan energi liar dan nuansa horor rockabilly-nya ini baru aja menuntaskan tur lintas benua yang penuh cerita epik.
"Untuk tour Eropa ini kami adalah kali ke-5 memenuhi undangan salah satu festival Psychobilly terbesar dunia, yang diadakan di Oberhausen-Jerman, dan kali ini kami juga mengajak kolaborator untuk vokal yaitu Dellu Uyee," kata Bayu Randu, gitaris sekaligus produser Prison Of Blues dalam siaran persnya, Senin (10/11/2025).
Dalam tur kali ini, Prison Of Blues menyambangi 6 negara Eropa, yaitu Jerman, Ceko, Belgia, Hungaria, Austria, dan Belanda, plus sejumlah kota di Indonesia.
Totalnya ada 50 panggung dalam 3 bulan. Gila, kan? Buat band dengan genre Psychobilly yang masih minoritas di Indonesia, pencapaian ini jelas bukan hal kecil.
Band yang lahir di Temanggung pada 2007 ini sekarang tampil lebih fresh dengan formasi baru: Endy Barock di drum, Topan Murdox di gitar 2, Dhana di contrabass, dua personel lama Bowo di vokal & gitar, dan Bayu Randu di gitar utama sekaligus produser.
Selama perjalanan musiknya, POB punya 11 album kompilasi internasional (Eropa dan Amerika) plus 4 album solo.
Kolaborator baru mereka, Dellu Uyee, juga gak nyangka sama antusiasme fans di Eropa.
"Kan saya baru pertama ikut di tour Eropa bareng POB, jujur kaget banget, band ini di sini besar dan sangat banyak penggemarnya, sampai ada yang bela-belain dari California, Spanyol, Italia datang buat nonton POB," ujarnya kagum.
Titik terakhir tur mereka berlangsung di festival Psychobilly Earthquake 2025 di Jerman. Sebelumnya, mereka juga pernah tampil di sederet festival Psychobilly ternama, mulai dari Bedlam Breakout Festival (Inggris, 2016), Psychobilly Meeting Festival (Spanyol, 2017 & 2024), hingga tur 7 negara Eropa di 2018.
Gak cuma bawa musik, POB juga punya misi budaya unik.
"Tour 50 titik Indonesia-Eropa ini juga sebagai promo album ke-4 kami, dan seperti biasa kami membawa misi promosi untuk Indonesia, selain bawa atribusi kain Indonesia kami juga secara khusus mempromosikan hantu-hantu Indonesia, seperti Pocong, Kuntilanak, Santet, dll," ujar Bowo, vokalis sekaligus founder band.
Yes, mereka literally ngenalin hantu-hantu lokal ke dunia lewat gaya Psychobilly, lengkap dengan nuansa visual dan simbol-simbol khas Indonesia.
Menariknya, meski punya fanbase loyal di Eropa, ternyata di Indonesia sendiri mereka justru termasuk unit musik underground.
"Ada hal yang unik dan selalu membuat kami selalu ingin kembali ke festival ini di Eropa, yaitu fanbase kami di sana. Lucunya banyak yang mengira kami di Indonesia adalah band besar, setelah kami ceritakan tentang tidak adanya scene Psychobilly di Indonesia baru mereka kaget," cerita Endy Barock sambil tertawa.
Selain tampil, tur ini juga membuka mata mereka soal sistem musik di luar negeri yang jauh lebih rapi, terutama dalam urusan royalti.
"Tiap titik di sini, sebelum main kami harus isi form dari GEMA, CMO atau LMK-nya Eropa, isi detail lagu yang akan dibawakan lengkap dengan pencipta lagunya. Sangat tertib. Bahkan kami bawakan lagu artis besar seperti Motorhead atau Queen pun tidak perlu repot dan takut izin-izin," cerita Dhana dan Topan.
Simak Video "Video: Jurus Sutradara Ciptakan Adegan Emosional di 'Sampai Titik Terakhirmu'"
(dar/nu2)