Musik Sering Terdengar Mirip, Interpolasi atau Plagiat?

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Ilustrasi lirik atau chord lagu.
Foto: Unsplash/Matt Botsford
Jakarta - Guys, kamu jangan buru-buru menghakimi musik yang terdengar mirip ya, karena bisa jadi bukan plagiat, melainkan sebuah teknik bernama interpolasi lagu.

Kalau sampling berarti membeli dan menggunakan potongan rekaman asli dari lagu lain, maka interpolasi justru mengulang kembali melodi, lirik, atau bagian tertentu dengan aransemen baru. Teknik ini sudah lama dipakai musisi dunia dan kini semakin populer di Indonesia nih.

Sejarah musik pop global menunjukkan banyak kasus di mana musisi besar dituduh plagiat hanya karena kemiripan nuansa lagu. Adele pernah digugat musisi Brasil Toninho Geraes karena dianggap meniru Mulheres lewat Million Years Ago.

Ada lagi Lisa BLACKPINK menggunakan interpolasi Pon de Replay milik Rihanna di lagu Pink Venom, yang sempat menimbulkan diskusi hangat di kalangan penggemar.

Di Indonesia, fenomena serupa juga terjadi. Musisi muda Bernadya sempat dituding menyalin lagu August milik Taylor Swift, baik dari sisi lirik maupun melodi.

Kasus-kasus ini menunjukkan betapa abu-abu batas antara inspirasi dan plagiat di telinga publik, padahal bisa jadi yang terjadi adalah interpolasi, sebuah teknik sah dan kreatif dalam industri musik.

Nah sekarang giliran Whisnu Santika kasih paham soal interpolasi yang bisa jadi kolaborasi.

Di Indonesia, DJ dan produser musik elektronik Whisnu Santika menjadi salah satu musisi yang aktif mengeksplorasi teknik interpolasi, tertera dalam keterangan pers, Rabu (15/10/2025).

Sejumlah lagunya seperti Sahara, Mambo Jambo, Tequilla, hingga Yummy (dengan interpolasi vokal) menjadi contoh bagaimana hal itu bisa menghadirkan nuansa segar sambil tetap menghormati karya sebelumnya.

Single Whisnu Santika, Yalla Habibi, sempat menuai kontroversi karena dianggap mirip dengan Iag Bari Yababa karya ARKADYAN, Fanfare Ciocărlia, dan GROSSOMODDO. Namun, Whisnu Santika menegaskan bahwa lagu tersebut adalah hasil eksplorasi kreatif berbasis interpolasi, bukan plagiat.

"Saya memang mengadopsi elemen dari 'Iag Bari Yababa', tapi bukan untuk menjiplak. Justru saya ingin merayakan musik world dengan sentuhan Indobounce yang jadi identitas saya," jelas Whisnu.

Di era digital dengan arus musik yang deras, kemiripan antar lagu tidak bisa dihindari. Namun penting dipahami bahwa interpolasi lagu bukanlah plagiarisme. Ini adalah teknik legal dan kreatif yang memberi ruang bagi karya lama untuk hidup kembali dengan wajah baru.

Dengan mengenal praktik interpolasi lagu, publik bisa lebih menghargai proses kreatif musisi. Bukan soal menghakimi, melainkan memahami bahwa musik adalah medium yang lentur, berevolusi, dan selalu menemukan cara baru untuk tetap relevan.


(pig/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO