2 Orang Ditangkap Usai Ian Watkins Tewas di Penjara

Kepolisian West Yorkshire mengonfirmasi mereka menerima laporan penyerangan terhadap seorang tahanan sekitar pukul 09.39 pagi. Petugas darurat langsung datang ke lokasi, namun Watkins dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian.
"Detektif dari Tim Investigasi Pembunuhan dan Penyelidikan Utama tengah melakukan penyelidikan, dan proses olah tempat kejadian masih berlangsung," tulis kepolisian dalam pernyataannya, dikutip dari BBC News, Selasa (14/10/2025).
Polisi kemudian menangkap dua pria berusia 25 dan 43 tahun atas dugaan pembunuhan. Keduanya kini ditahan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sementara itu, pihak Dinas Penjara Inggris belum bisa memberikan keterangan karena kasusnya masih dalam tahap penyelidikan.
Ian Watkins bukan nama baru di dunia kriminal Inggris. Mantan pentolan Lostprophets ini sebelumnya divonis 29 tahun penjara ditambah enam tahun masa percobaan setelah pada 2013 mengaku bersalah atas 13 pelanggaran seksual berat.
Daftar kejahatannya begitu mengerikan, mulai dari percobaan pemerkosaan, konspirasi untuk memperkosa anak-anak, penyerangan seksual terhadap anak, hingga kepemilikan dan pembuatan konten pornografi anak di bawah umur. Ia juga didakwa memiliki materi pornografi ekstrem yang melibatkan hewan.
Deretan kasus tersebut membuat Watkins dikategorikan sebagai salah satu narapidana dengan risiko tertinggi di penjara keamanan maksimum Inggris.
Serangan terhadap Ian Watkins kali ini bukan yang pertama. Pada 2023, ia pernah disandera dan ditikam oleh tiga narapidana menggunakan sikat toilet yang diruncingkan, insiden yang disebut-sebut berkaitan dengan utang narkoba di dalam penjara.
Buku Life Behind Bars in The Monster Mansion (2024) karya Jonathan Levi dan Emma French bahkan menyebut Watkins "menghabiskan ribuan dolar untuk perlindungan pribadi" karena statusnya sebagai pelaku kejahatan seksual anak membuatnya jadi target kekerasan di balik jeruji besi.
Selain kasus kriminalnya, Ian Watkins juga bikin geger publik Inggris pada 2017 setelah ketahuan menjalin komunikasi intens dengan seorang ibu dari dalam sel. Komisi Perlindungan Anak Inggris (NSPCC) waktu itu mengecam keras kelalaian pihak penjara.
"Sungguh membingungkan dia masih bisa melakukan komunikasi manipulatif dari balik jeruji besi. Ini menunjukkan penghinaan terhadap para korban dan menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan," ujar juru bicara NSPCC kala itu.
(dar/wes)