Lebih dari 400 Musisi dan Label Gabung Aksi Boikot Israel

Dicky Ardian
|
detikPop
Japanese Breakfast
(Foto: Peter Ash Lee/ dok. Japanese Breakfast) Japanese Breakfast jadi salah satu artis yang ikut ambil bagian dala No Music For Genocide.
Jakarta - Lebih dari 400 musisi dan label musik turun tangan lewat inisiatif baru bertajuk No Music For Genocide. Gerakan ini berupa aksi boikot, di mana para artis dan pemegang hak cipta menarik musik mereka dari platform streaming di Israel sebagai bentuk protes terhadap genosida yang masih berlangsung di Gaza.

Beberapa nama besar yang ikut serta antara lain Massive Attack, Rina Sawayama, Fontaines D.C., MIKE, Primal Scream, Faye Webster, hingga Japanese Breakfast, seperti yang dikutip dari Stereogum, Sabtu (20/9/2025).

Gak cuma itu, ada juga Arca, Maryam Saleh, Kelela, Oklou, Yaeji, Ana Tijoux, King Krule, Annahstasia, Amyl And The Sniffers, MJ Lenderman, Nadah El Shazly, Kneecap, Eartheater, Erika de Casier, Bayonet Records, Fat Tony, Mannequin Pussy, Liv.e, Mechatok, Redveil, HorsegiirL, Chanel Beads, Wednesday, PAN, Nick LeΓ³n, Escho, Saul Williams, Yeule, dan masih banyak lagi.

Mereka melakukan aksi ini dengan cara mengedit sendiri wilayah rilis musik atau mengajukan permintaan geo-block ke distributor maupun label.

Gerakan ini awalnya dipimpin musisi dan label independen, tapi beberapa artis major label juga ikut ambil bagian. Misalnya Massive Attack, Primal Scream, dan MØ.

Koalisi ini bahkan mendorong label besar seperti Sony, UMG, dan Warner untuk ikut bertindak. Mereka menyinggung langkah ketiga raksasa musik itu yang dulu langsung memblokir seluruh katalog dan menutup operasi di Rusia, hanya sebulan setelah invasi ke Ukraina.

"Budaya memang tidak bisa menghentikan bom sendirian, tapi budaya bisa membantu menolak penindasan politik, menggeser opini publik menuju keadilan, dan menolak art-washing serta normalisasi dari perusahaan atau negara mana pun yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan," begitu pernyataan dari koalisi tersebut.

"Inisiatif ini adalah bagian dari gerakan global untuk melemahkan dukungan yang dibutuhkan Israel untuk melanjutkan genosida. Kami terinspirasi dari semakin banyaknya aksi yang sejalan dengan tujuan ini, mulai dari komitmen Film Workers For Palestine, larangan Spanyol terhadap kapal dan pesawat tujuan Israel, Freedom Flotilla Coalition untuk mendemiliterisasi Brooklyn Navy Yard, hingga para buruh pelabuhan di Maroko yang menolak memuat senjata ke kapal pesanan Tel Aviv."

"Banyak dari rekan kami, sama seperti kami, merasa bingung bagaimana menggunakan musik di momen ini. Tujuan pertama kami dengan No Music For Genocide adalah menginspirasi orang lain untuk mengambil kembali kendali mereka dan mengarahkan pengaruhnya ke aksi nyata," lanjut mereka.

"Kami sangat berterima kasih kepada semua artis, manajer, dan label yang sudah berkomitmen pada langkah pertama ini, dan kami bersemangat untuk memperluasnya bersama-sama. Semakin banyak kita, semakin kuat kita. Ini baru permulaan," tuntasnya.

Gerakan serupa juga lagi ramai di industri film. Belum lama ini, hampir 4 ribu orang di Hollywood dan pembuat film menandatangani surat terbuka dari kelompok Film Workers For Palestine, yang berjanji tidak akan bekerja sama dengan institusi perfilman Israel.

(dar/aay)




TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO