Jadi Pesta Pernikahan Itu Bayar Royalti atau Gak Sih?

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Ilustrasi nikah siri
Foto: Istock
Jakarta - Persoalan bayar royalti di acara pernikahan belum ketemu jawaban yang pasti. Ada yang bilang bayar, tapi ada juga yang tegaskan gak termasuk royalti.

Informasi yang ada sekarang pun jadi tumpang tindih. Belum lagi kejelasannya juga belum pasti. Bingung gak sih?

Beberapa hari lalu pihak Wahana Musik Indonesia (WAMI) bilang pemutaran lagu di acara pernikahan wajib bayar royalti. Sampai ada loh nominal persennya dan cara pembayarannya.

"Ketika ada musik yang digunakan di ruang publik, maka ada hak pencipta yang harus dibayarkan. Prinsipnya seperti itu," ujar Robert Mulyarahardja selaku Head of Corcomm WAMI, saat dihubungi detikcom.

"Pembayaran ini kemudian disalurkan LMKN kepada LMK-LMK (Lembaga Manajemen Kolektif) yang berada di bawah naungan LMKN, dan kemudian LMK menyalurkan royalti tersebut kepada komposer yang bersangkutan," sambung Robert.

Nah, dari informasi ini publik langsung khawatir nih. Bahkan beberapa vendor hiburan pernikahan harus menelan pil pahit karena kliennya batal pakai jasa mereka.

Berbanding terbalik dengan WAMI,Wakil Menteri Koordinator Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan Otto Hasibuan bilang, soal pemutaran lagu di acara pernikahan bisa dikenakan royalti itu gak benar.

"Itu pernyataan yang tidak tepat ya, karena Undang-Undang Hak Cipta itu, LMK (Lembaga Manajemen Kolektif) itu hanya bisa menagih terhadap royalti suatu lagu apabila acara itu dilakukan dengan tujuan dan kepentingan komersial, itu ukurannya di situ," kata Otto saat dihubungi detikcom.

"Jadi kalo ada orang pernikahan, hajatan, ya lagu siapapun bisa dinyanyikan sepanjang itu tidak komersial," tambahnya.

Karena pernikahan itu gak ada tindakan jual beli atau bersifat komersial, jadi gak ada tambahan biaya royalti ya, otomatis gratis.

Gak cuma itu, anggota Komisi XIII DPR Sugiat Santoso juga ikut menyayangkan pemutaran lagu di acara pernikahan jika dikenai royalti. Sugiat menyebut kebijakan itu dikhawatirkan akan berdampak pada regenerasi seniman.

"Saya pikir nanti kalau dijadikan sebagai bisnis, kesenian kita nanti gak akan maju-maju. Kita kalau semuanya diukur dengan ukuran-ukuran bisnis, ukuran-ukuran ekonomi, saya khawatir gak akan lahir lagi seniman-seniman yang bagus seperti seniman-seniman zaman dulu lah kan," kata Sugiat.

"Yang karyanya itu melegenda sampai lama, karena sudah orientasinya orientasi ekonomi dan orientasi bisnis," tambahnya.

Jadinya bagaimana?


(pig/nu2)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO