Sunset Deeler, Pop Reggae Igo Blado Oleh-oleh 'Hibernasi'

Setelah hampir 15 tahun lebih memilih jadi orang belakang layar di dunia musik dan seni, trubadur senior Igo Blado akhirnya gak tahan lagi godaan buat balik ke panggung.
"Panggilan untuk kembali ke ranah musik kali ini sudah tidak mampu saya tahan deras alirannya," ujarnya.
Selama masa vakum, Igo sibuk jadi produser musik untuk band-band seperti Dialog Dini Hari dan Ed Eddy & Residivis, mengarahkan event kesenian, sampai nyemplung sebagai konsultan seni rupa.
Tapi sekarang, masa hibernasi resmi berakhir. Kini, ia comeback dengan moniker baru: Sunset Dealer.
Bedanya, kali ini Igo gak main di ranah musik kompleks seperti di band lamanya, Telephone. Sunset Dealer hadir dengan pop reggae yang ramah kuping, lebih ringan, tapi tetap punya cerita.
"Reggae bukan genre baru buat saya," katanya.
"Saya udah akrab sama reggae sejak awal 80-an. Di akhir 90-an malah sering jamming di Apache Reggae Bar, habis ngamen di bar sebelah. Album Bob Marley, Chant Down Babylon itu racunnya reggae di diri saya."
Yang unik, bikin lagu ringan ternyata gak segampang kedengarannya.
"Sunset Dealer justru jadi pengalaman baru buat saya menulis lirik yang riang, ringan, dan apa adanya. Mungkin ini masalah ego seniman-pengen terkesan musically sophisticated, the more complex the cooler," katanya sambil tertawa
Semua lagu di mini album debutnya ini lahir dari pengalaman pribadi, nggak ada yang dibuat-buat. Ada Arak Api Arak Bali yang menceritakan betapa pekatnya arak di kesehariannya waktu masih ngamen di Kuta dan Ubud. Lalu Lalala MuMuMu yang isinya ajakan nongkrong sambil ngobrol, bercanda, dan minum bareng.
Terakhir, Sunset Dealer Yayaya yang terinspirasi dari momen matahari terbenam-yang ternyata bawa berkah ke banyak orang, dari tukang parkir sampai penjual minuman ringan.
"Mencari rezeki dari sunset itu semakna dengan sunset dealer," tutup Igo dengan semangat.
(dar/dar)