Distorsi Keras Shadowbourne, Lahir dari Anak Mendiang Chrisye

Berbasis di Jakarta, Shadowbourne membawa nuansa emosional dan atmosferik yang memadukan distorsi gitar, orkestrasi megah, dan narasi tentang penyembuhan batin.
Nama Shadowbourne bermakna lahir dari bayangan, sebuah metafora yang merepresentasikan transformasi jiwa dari titik terdalam penderitaan menuju cahaya, dan kekuatan baru.
Baca juga: Juicy Luicy Panggil Para Korban Sakit Hati |
"Palingenesis bukan hanya tentang musik. Ini tentang kelahiran kembali setelah mati secara emosional. Tentang perjalanan dari kehancuran menuju kekuatan yang utuh," ujar Pasha Chrisye, vokalis sekaligus penulis lagu utama Shadowbourne, dalam keterangan pers, Kamis (24/7/2025).
Band ini terdiri dari Pasha Chrisye sebagai vokalis, penulis lagu, aransemen orkestra, Reiner Ramanda sebagai gitaris, synthesizer, dan Axel Andaviar sebagai drummer. Bersama, mereka merangkai sound yang sinematik, atmosferik, dan menyayat dengan akar musik yang terinspirasi dari post-rock, alternative metal, hingga neoclassical dan ambient.
"Kami menulis untuk mereka yang pernah runtuh, untuk jiwa-jiwa yang pernah terperangkap dalam gelap, tapi memilih untuk tidak menyerah," tambah Pasha Chrisye.
EP Palingenesis terdiri dari 4 lagu, dengan single pertama berjudul Perjuangan. Narasi yang dibangun pada album ini terdiri dari emosional yang membentang dari tema kehilangan, perenungan, hingga kebangkitan. Setiap track menjadi bab dari sebuah kisah penyembuhan diri.
(pig/pus)