Konser Sang Derana for Revenge: Tangisan, Pelukan dan Musik yang Bikin Luluh

Dalam waktu dua jam, mereka berhasil menyulap panggung jadi ruang curhat raksasa buat ribuan orang yang datang.
Konser ini dibagi ke dalam empat babak: Keakuan, Pengakuan, Berserakan, dan Menemukan-semacam fase hidup yang pastinya pernah dilalui semua orang.
Dari lagu ke lagu, narasi ke narasi, semuanya terasa kayak perjalanan batin yang ditumpahkan tanpa filter. Penonton dibawa hanyut ke dunia for Revenge yang penuh luka, harapan, dan kejujuran yang mentah banget.
Deretan lagu andalan seperti Derana, Demi Semesta, hingga The Wall (bareng Willy dari Aftercoma) sukses mengguncang panggung. Tapi bukan cuma itu yang bikin suasana meledak-ada juga kolaborasi pecah bareng Stand Here Alone di lagu uKYdS (Untuk Kau yang Di Sana), yang ngasih suntikan energi pop punk yang menggelegar.
Terus, ada momen mellow yang bikin hati nyesek banget waktu Boniex nyanyi bareng istrinya, Cynantia Pratita, di lagu Jakarta Hari Ini. Di tengah lagu, Boniex mencium perut istrinya yang sedang hamil. Yep, bener-bener momen manis yang langsung bikin satu ruangan basah mata.
Kolaborasi lain juga gak kalah bikin merinding. Di lagu Kala Luka Berpesta, muncul Wira Nagara yang membacakan puisi penuh luka-dan itu nyatu banget sama musiknya. Lalu ada Elsa Japasal di Menunggu Giliran yang bikin suasana makin sendu, dan Fiersa Besari hadir di Ada Selamanya, menambah keintiman lewat lirik-lirik tajam dan vokalnya yang khas.
Tapi klimaks emosionalnya muncul di penghujung konser. Lagu Penyangkalan yang dibawakan bareng Lomba Sihir dan penutup megah Pulang, jadi pemanasan sebelum momen paling menguras emosi: Cimot, drummer sekaligus salah satu pendiri band, naik ke panggung dan memeluk Boniex, Arief, dan Izha.
Cimot yang gak bisa tampil karena cedera, gak bisa menahan air mata. Dan satu venue ikut meleleh.
"Pertama kalinya for Revenge konser, harusnya Cimot ada di drum!" teriak Boniex sambil sesenggukan.
"Gua, Arif, sama Ija mungkin baru berbulan-bulan nyiapin konser ini buat kalian. Tapi Cimot... 19 tahun dia pertahanin band ini!"
"2006, gua diriin for Revenge. Awalnya cuma buat mantan. Tapi ternyata bukan cuma mantan yang gua hadapin-hinaan, cacian, makian, semuanya gua lewati," kata Cimot
"Lu gak bisa ngubah persepsi orang terhadap lu, tapi lu bisa ngerubah diri lu buat menghadapi persepsi orang lain. Makasih buat semua yang udah ada di sini. Terima kasih udah wujudin mimpi gua."
Serana jadi lagu terakhir malam itu. Seolah menenangkan semua yang terbakar emosinya. Sebuah penutup yang pas untuk malam yang gak cuma soal musik, tapi juga tentang menyentuh sisi terdalam yang mungkin selama ini gak sempat diungkapkan.
(dar/dar)