Kontrak Panjang, Umur Pendek: Armand dan Ariel NOAH Gak Bisa Menutup Mata

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Ariel Noah dan Armand Maulana ke kantor detikcom Jakarta, Kamis (3/7/2024).
Armand Maulana dan Ariel Noah Foto: Pradita Utama
Jakarta - Selama hampir empat jam, dua nama besar di industri musik Indonesia, Ariel NOAH dan Armand Maulana, duduk bersama tim detikpop. Bukan untuk promo lagu baru atau tur konser, tapi membicarakan hal yang jauh lebih serius: keadilan bagi para penyanyi.

Lewat gerakan yang mereka usung bernama VISI (Vibrasi Suara Indonesia), Ariel dan Armand mulai angkat suara tentang persoalan yang selama ini cuma jadi bisik-bisik di belakang panggung, kontrak yang menjebak, royalti yang gak jelas, dan penyanyi yang digantung nasibnya.

Obrolan dimulai dengan cerita klasik yang masih sering terjadi sampai sekarang. Label besar mengontrak beberapa penyanyi baru, lalu menunggu siapa yang meledak.

Kalau ada satu yang sukses, yang lainnya langsung disisihkan begitu saja. Tapi yang bikin miris, meskipun gak lagi dipromosikan, mereka juga gak dilepas. Gak boleh keluar, gak boleh cari jalan sendiri, tapi juga gak dikasih kesempatan lagi untuk berkarya.

"Gak dibikinin lagu, gak dipromosiin, tapi tetap dikontrak. Ya kalau udah gak diurus, harusnya bisa dong keluar dan cari jalan lain," kata Armand Maulana, vokalis GIGI, sekaligus Ketua VISI. Menurutnya, kasus-kasus seperti ini harusnya bisa diselesaikan dengan cara yang adil buat dua belah pihak.

Ariel menambahkan, banyak penyanyi muda memang gak tahu hak-haknya. Mereka masuk industri dengan modal mimpi dan suara, tapi minim informasi soal kontrak.

Mereka gak tahu kontrak yang gak dijalankan secara seimbang bisa dibatalkan. Bahkan hal sesederhana seperti kewajiban label pun gak mereka pahami.

"Penyanyi itu seringnya sendirian. Dia hadapi perusahaan besar sendirian, tanpa tahu harus ngapain. Kita bantu mereka karena kita juga dulu pernah di posisi itu," kata Ariel.

Dia mengaku sering menerima pertanyaan dari penyanyi baru yang bingung, "Kang, ini bisa diputus gak ya?" Jawaban Ariel selalu sama: "Bisa, asal tahu aturannya."

Masalah lain yang mereka soroti adalah soal manajemen yang sekarang, menurut mereka, sudah berubah fungsi. Bukan lagi membimbing karier, tapi hanya jadi seperti agen yang fokus ke angka, terutama jumlah followers di media sosial.

Mereka cerita soal banyak manajemen yang punya 20-30 artis, tapi cuma dua atau tiga yang benar-benar diurus. Sisanya hanya jadi angka di database.

"Kadang yang gak diurus juga gak boleh keluar. Giliran mereka cari job sendiri, malah disuruh bayar persenan," kata Ariel. Bagi dia, praktik seperti ini gak cuma salah secara etika, tapi juga berbahaya karena bikin para penyanyi kehilangan kepercayaan diri.

Di tengah upaya mereka membenahi sistem, muncul pula perbedaan pendekatan antara VISI dan gerakan lain yang sama-sama vokal, yaitu AKSI. Kalau VISI mengedepankan edukasi dan mediasi, AKSI justru mengambil jalur hukum, bahkan menggugat penyanyi ke pengadilan.

Salah satu kasus yang ramai adalah gugatan Ari Bias terhadap Agnez Mo. Armand dan Ariel terang-terangan menyatakan kekecewaan. Bukan soal memperjuangkan hak, tapi karena pendekatan yang dianggap bisa memecah musisi itu sendiri.

"Sesama musisi jangan saling serang. Harusnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik," kata Armand.

Ini semua datang dari dua orang yang dulunya justru sangat berbeda dalam menyikapi industri. Armand memang dikenal sebagai sosok yang mudah diajak diskusi, terbuka, dan selalu hadir di forum-forum musisi.

Tapi Ariel, detikpop bahkan punya cerita sendiri. Dulu, Ariel dikenal sangat tertutup. Bahkan pernah suatu acara yang sudah kita gagas bareng batal karena dia gak kunjung datang. Sekarang, Ariel justru jadi salah satu wajah paling aktif di VISI. Dia turun langsung, menjawab pertanyaan musisi muda, dan terlibat dalam pembahasan teknis soal kontrak dan regulasi.

Perubahan Ariel bukan sekadar soal sikap, tapi juga kesadaran. Kesadaran bahwa industri ini harus dijaga, dan gak bisa cuma diserahkan kepada label atau pihak manajemen.

"Kalau bukan kita yang sudah duluan jalan yang bantu, siapa lagi?" ucapnya.

Gerakan ini menunjukkan, sudah ada suara-suara yang kini bicara lebih keras. Mereka bicara bukan buat diri mereka sendiri, tapi buat generasi baru yang sedang bertumbuh di dunia musik yang mereka akui juga makin rumit.

Ariel dan Armand tahu mereka gak bisa ubah semuanya dalam semalam. Tapi setidaknya, mereka gak lagi hanya menyanyi. Mereka memilih turun tangan, karena dunia musik bukan cuma soal lagu yang enak didengar, tapi bagaimana para musisinya juga dihargai secara layak.


(nu2/pig)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO