Melawan Bot dan Penipuan Tiket Konser

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Konser Linkin Park From Zero World Tour Jakarta digelar Minggu (16/2/2025) di Stadion Madya, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat.
(Foto: Ari Saputra/detikcom) Konser Linkin Park From Zero World Tour Jakarta digelar Minggu (16/2/2025) di Stadion Madya, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat.
Jakarta -

Panggung musik di Tanah Air 2025 dimulai gegap-gempita melalui penampilan sederet musisi internasional. Namun sayangnya, tingginya antusiasme masyarakat dan permintaan tiket konser ini mengundang masalah penipuan dan praktik curang penjualan tiket konser.

Sebenarnya, hal-hal seperti ini sudah terjadi sejak lama. Namun belakangan menjadi isu yang serius untuk dibahas.

Praktik penipuan penjualan tiket konser sering kali melibatkan identitas palsu di media sosial, memanfaatkan tingginya permintaan tiket di kalangan penggemar musik.

Para oknum yang tidak bertanggung jawab ini juga kerap menggunakan identitas samaran, seperti penyalahgunaan KTP orang lain, untuk mengelabui pembeli, serta rekening bank sementara untuk memproses transaksi.

Permasalahan lainnya adalah para calo tiket yang menggunakan bot untuk memborong tiket konser ketika penjualan dibuka dan menjualnya kembali dengan harga sangat tinggi.

Praktik ini tidak hanya merugikan para penggemar musik, tetapi juga berdampak pada para promotor acara.

Mengutip dari keterangan pers, Minggu (9/3/2025), salah satu contohnya adalah Rizki Aulia, yang lebih dikenal dengan nama Kiki Ucup, promotor konser Indonesia.

Ia pernah menemukan kejanggalan pada festival musik yang ia selenggarakan pada 2022 dan 2023, Pestapora, yakni lebih dari separuh pembelian tiket tercatat berasal dari domain di Amerika Serikat.

"Ini mengindikasikan bahwa mereka menggunakan bot untuk mendapatkan tiket. Promotor jadi nggak bisa nge-mapping nih sebenarnya antusias tertingginya dan pembeli tingkat terbanyak tuh ada di mana," ujar Ucup.

Lalu Ananda Badudu, personel Banda Neira, juga menekankan perlunya keadilan dan keamanan bagi penggemar musik untuk membeli tiket konser.

"Pemanfaat bot untuk beli tiket konser adalah contoh pemanfaatan teknologi untuk tujuan yang salah. Teknologi tersebut merugikan publik karena orang yang benar-benar hendak membeli tiket atau ikut war tiket akan kalah oleh bot yang dioperasikan oleh calo yang akan menjual ulang tiket dengan harga yang lebih mahal," tutur Ananda Badudu.

Di peringatan Hari Musik Nasional pada 9 Maret, isu tentang akses tiket konser yang aman dan adil menjadi sangat relevan.

Dengan semakin canggihnya penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan berkembangnya modus penipuan tiket konser musik, langkah-langkah keamanan yang ada saat ini seperti verifikasi email atau tes CAPTCHA tidak lagi cukup untuk menghentikan bot dan penipu.

Tools for Humanity, sebuah perusahaan teknologi global, menghadirkan teknologi Proof of Human (PoH) melalui World.

Teknologi ini dirancang untuk memastikan bahwa hanya manusia asli, bukan bot yang dapat membeli tiket konser.

Teknologi PoH mengintegrasikan langkah-langkah verifikasi yang mengharuskan pengguna membuktikan identitas mereka sebagai manusia asli secara anonim melalui verifikasi iris mata menggunakan Orb.

Dengan demikian, hampir mustahil bagi pengguna internet untuk membuat akun media sosial palsu atau bot untuk membeli tiket.

"Proof of Human bukan sekadar solusi teknologi, tetapi juga sebuah langkah nyata untuk membangun ekosistem digital yang lebih adil dan aman bagi semua orang, termasuk komunitas musik di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan mengadopsi teknologi ini, para penggemar musik nantinya dapat terlindungi dari penipuan dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan industri musik yang lebih sehat," ujar Wafa Taftazani, General Manager Tools for Humanity Indonesia.

(pig/aay)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO