Taylor Swift Dimonopoli Singapura, Efek Domino Cuannya Ngeri

Sepanjang perjalanan The Eras Tour di Amerika Utara, setiap kota yang didatangi Taylor Swift, telah melaporkan lonjakan drastis dalam industri perhotelan dan kuliner lokalnya.
Kini, negara-negara di luar negeri menantikan peningkatan tersebut ketika pelantun Cruel Summer itu singgah buat turnya. Tapi, tampaknya ada satu negara di Asia Tenggara yang memonopoli keuntungan tersebut.
The Eras Tour juga ditetapkan sebagai konser paling menguntungkan dalam sejarah Amerika. Produksi besar-besaran nggak cuma memberikan aliran uang ke stadion lewat tiket yang terjual habis, tapi juga memberikan aliran uang ke perekonomian Amerika.
Washington Post menulis, tahun lalu, rejeki nomplok terbesar langsung menuju ke Taylor Swift, yang menghasilkan sebanyak USD 4,1 miliar dari Eras Tour, menurut perkiraan dari Peter Cohan, seorang profesor manajemen di Babson College.
Hal ini dengan asumsi, bintang pop tersebut mendapatkan bagian sekitar 85 persen dari pendapatan turnya, dengan harga tiket rata-rata USD 456.
Penghasilan Swift menjadi yang terbesar dalam sejarah tur musik. Bahkan menurutnya, itu lebih dari pendapatan ekonomi tahunan 42 negara.
Namun dampak dari Eras Tour jauh melampaui apa yang dibawa pulang oleh Swift. Perusahaan perangkat lunak QuestionPro menanyai 592 Swifties dalam survei online keikutsertaan.
Berdasarkan jawaban mereka dan rata-rata kehadiran konser, perusahaan memperkirakan penggemar Taylor Swift menghabiskan sekitar USD 93 juta dalam setiap konser, tak cuma buat tiket, tapi juga merchandise, perjalanan, hotel, makanan, dan pakaian. Dari hitungan seperti itu, pada akhir tur, AS mendapatkan peningkatan sebesar USD 5,7 miliar, pada perekonomian negara.
Sebagaimana dinyatakan oleh Sky News, selama iBusiness Forum 2024 di Bangkok, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin, menuduh Swift menandatangani kesepakatan eksklusivitas antara USD 2 juta dan USD 3 juta, per pertunjukan. Gara-gara itu, Taylor Swift nggak boleh tampil di acara lain di wilayah Asia Tenggara.
Baca juga: Menonton Konser Taylor Swift dari Seberang |
Thavisin menyatakan, setelah bertemu dengan promotor AEG pada 12 Februari, informasi itu disampaikan kepadanya. Ia kehilangan kesempatan buat membawa Taylor Swift ke Thailand.
"Jika saya mengetahui hal ini, saya akan membawa pertunjukan tersebut ke Thailand. Konser dapat menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian," katanya.
Pada 2014, Swift dijadwalkan untuk melakukan debut konsernya di Thailand. Namun pertunjukan tersebut dibatalkan karena kerusuhan politik pada saat itu.
(nu2/nu2)