Film Para Perasuk dijanjikan bakal menjadi project yang paling dinanti pada 2026. Film panjang dengan cast dan cerita yang lokal banget ini memiliki premis dan cerita yang gak biasa.
Ya, tentang sebuah desa dengan pertunjukkan kerasukan yang khas. Mengingatkan kita pada banyaknya pertunjukkan adat yang sebatas seliweran di fyp TikTok.
Wregas kemudian menjadikan fenomena itu sebagai latar cerita dalam project film panjang ketiga nya. Dikerjakan dengan niat dan cast yang menjadi pilihan utamanya sejak awal.
Baca juga: Anggun Debut Akting di Film 'Para Perasuk' |
Angga Yunanda, Maudy Ayunda, Anggun C Sasmi, Bryan Domani, sampai Chicco Kurniawan dengan bangga dan senang hati bergabung dalam project ini.
Melihat kesuksesan Penyalin Cahaya dan Budi Pekerti membuat para cast optimis bekerjasama dengan Wregas dan segala idenya. Percaya Para Perasuk bisa 'merasuki' banyak orang dengan nuansa lokalnya.
Namun, Wregas kemudian menceritakan bahwa ke-BM atau keinginannya belum semua terpenuhi di project ini. Ada beberapa hal yang ia ikhlaskan namun gak bikin Para Perasuk kekurangan sense misteriusnya.
"Ke BM-an yang pasti adalah. Jumlah orang yang ikut pesta sambutan itu (saat syuting), saya pingin ada 300 (orang), tapi kan sekarang itu ekstras tentu saja. Kebutuhannya semakin mahal. Sehingga para produser bilang, 'Kalau lo mau 300 orang, ya kameranya lo turunin kualitasnya ya'. Waduh jangan dong," kata Wregas saat jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).
Wregas menurunkan egonya dan memilih untuk mengutamakan kualitas gambar yang nanti akan disajikan dari kameranya.
Meskipun gak terpenuhi, Para Perasuk masih bisa syuting dengan cerita yang sesuai dengan keinginan sutradara asal Jogja ini.
Ke-BM an lainnya dari bagaimana Wregas ingin menampilkan tiga alam dengan vibes yang sudah pasti beda. Ingin memberikan rasa lebih ke penonton dengan segala perjuangannya.
Namun, sekali lagi Wregas menurunkan egonya karena budget produksi.
"Yang kedua, saya tuh pengin tiga alam. Alam realita, alam halusinasi. Nah alam halusinasi yang temen-temen lihat, bunga-bunga, makan enak. Semua itu kan (pingin) diset di studio. Nah para produser kembali bilang, 'Gas, sewa studio itu mahal'. Waduh gimana ya. 'Kalau gak studio yang kita kasih, tapi gudang mau gak?'" jelas Wregas bercerita sambil menahan tawa.
Wregas menyetujui untuk tak menggunakan studio sebagai tambahan set di Para Perasuk. Ia akhirnya sepakat menggunakan gudang bekas sepatu di Jogja yang disulap menjadi studio.
"Di Taman Siswa. Diset menjadi studio yang kita syuting berhari-hari di situ. Untung ada AC portable, thanks to para produser. Dan akhirnya alam halusinasi itu kita set penuh dengan bunga, penuh dengan tempat tidur buat pijet, penuh dengan makanan yang enak. Itu yang penting," lanjutnya.
Tentunya BM-BM itu gak masalah jika gak terpenuhi. Wregas siap aja memamerkan karyanya satu ini ke publik meski sempat ada kekurangannya ketika produksi.
Para Perasuk juga diklaim oleh Wregas bukan sebuah film horor dengan cerita-cerita seram yang bikin penonton teriak ketakutan. Para Perasuk justru lebih kepada film drama lokal.
Dalam Para Perasuk, Wregas juga ingin memberikan edukasi ke publik bahwa orang kerasukan itu tidak mengalami kejadian mata berbalik menjadi putih semua seperti di film-film biasanya.
Nantinya momen-momen itu bakal di tampilkan melalui akting dari Maudy Ayunda yang dipercaya Wregas bisa menyampaikan pesannya lewat sebuah akting.
Sebelum tayang di Indonesia secara serentak, Para Perasuk bakal lebih dulu diputar di Sundance Festival 2026 dengan judul international, Levitating. Acaranya berjalan di Park City and Salt Lake City, Amerika Serikat pada 22 Januari sampai 1 Februari 2026.
Film ini juga bakal masuk dalam 10 karya untuk berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition.
Tonton juga Video: Kepoin Film 'Para Perasuk' yang Bakal Tayang di Sundance 2026
(pig/pus)