Dunia perfilman internasional kembali dikejutkan oleh keputusan hukum di Iran. Sutradara terkenal Jafar Panahi, yang baru-baru ini memenangkan penghargaan tertinggi Festival Film Cannes, dilaporkan divonis satu tahun penjara dan dilarang bepergian karena dituduh melakukan aktivitas propaganda melawan negara.
Dilansir dari The Guardian (2/12) vonis tersebut dijatuhkan in absentia (tanpa kehadiran terdakwa) saat Panahi diketahui sedang berada di luar negeri, mempromosikan film terbarunya.
Menurut Mostafa Nili, pengacara Panahi, hukuman yang dijatuhkan terhadap kliennya yang berusia 65 tahun itu mencakup larangan bepergian selama dua tahun dan larangan menjadi anggota kelompok politik atau sosial apa pun di Iran.
Panahi dan tim hukumnya menyatakan akan segera mengajukan banding terhadap keputusan ini.
Nili membenarkan bahwa tuduhan yang dikenakan adalah terlibat dalam aktivitas propaganda melawan negara, namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut. Situasi Panahi saat ini sangat genting, mengingat ia berada di luar Iran setelah baru-baru ini menyelesaikan tur promosi film di Amerika Serikat, termasuk di Los Angeles, New York, dan Telluride.
Keputusan ini menambah panjang daftar kasus hukum Panahi dengan pihak berwenang Iran. Ia adalah salah satu tokoh sinema Iran yang paling menonjol yang berulang kali menghadapi sensor dan hukuman karena karyanya yang kritis terhadap sistem dan kondisi Iran modern.
Vonis ini datang hanya beberapa bulan setelah Jafar Panahi meraih prestasi tertinggi di kancah internasional. Awal tahun ini, ia memenangkan hadiah utama Festival Film Cannes, Palme d'Or, untuk filmnya It Was Just an Accident.
Film tersebut bercerita tentang lima mantan narapidana yang merenungkan apakah mereka harus membalas dendam pada seseorang yang mereka yakini sebagai mantan sipir penjara mereka.
Ironisnya, film tersebut kini dipilih oleh Prancis sebagai nominasi resmi mereka untuk Academy Awards, dan secara luas diprediksi akan masuk dalam daftar pendek untuk kategori Film Fitur Internasional Terbaik. Kemenangan Panahi di Cannes sendiri sempat diliput oleh media Iran, yang saat itu memuji pencapaiannya.
Namun, pengakuan global ini tidak mengubah pandangan otoritas Iran. Kasus ini mencerminkan pengawasan ketat terhadap para pembuat film, tokoh media, dan selebriti di Iran, di mana karya-karya yang dianggap kritis terhadap negara sering kali berujung pada penangkapan atau hukuman.
Ini bukan pertama kalinya Panahi berhadapan dengan hukum. Pada 2010, ia pernah dilarang membuat film dan meninggalkan Iran selama 20 tahun setelah mendukung protes anti-pemerintah.
Meskipun divonis enam tahun penjara atas tuduhan propaganda melawan sistem, ia hanya menjalani hukuman dua bulan sebelum dibebaskan dengan jaminan.
Baca juga: Tradisi 14 Tahun MCU Berhenti di 2025 |
Bahkan setelah pelarangan tersebut, Panahi terus memproduksi karya secara rahasia. Pada tahun 2011, ia menyelundupkan film dokumenter berjudul This is Not a Film ke Festival Cannes menggunakan flash drive yang disembunyikan di dalam sebuah kue.
Kemudian, filmnya Taxi (2015) yang seluruhnya direkam di dalam mobil, juga meraih penghargaan bergengsi.
Kasus Panahi kembali menegaskan tantangan yang dihadapi para seniman di Iran.
Sebelumnya, sutradara peraih banyak penghargaan, Mohammad Rasoulof, melarikan diri dari Iran tahun lalu untuk menghindari hukuman penjara atas tuduhan kolusi melawan keamanan nasional.
Keputusan terbaru ini mengirimkan pesan kuat tentang batas-batas kebebasan berekspresi di negara tersebut.
Simak Video "Video: Ekspresi Kemenangan Sutradara Iran Raih Palme d'Or di Cannes"
(ass/dar)