Sutradara Guillermo del Toro (GDT), yang terkenal dengan monster-monster berhati lembut dan visual yang indah sekaligus mengerikan menghadirkan karya terbaru bertajuk Frankenstein di Netflix. Tapi jangan harap ceritanya sama persis dengan novel aslinya karya Mary Shelley!
GDT tidak sekadar menceritakan ulang, dia benar-benar "membedah" dan merakit kembali ceritanya, menjadikannya sebuah kisah yang lebih emosional, tragis, dan penuh kritik sosial. Berikut perubahan paling besar yang dia lakukan:
1. Medan Perang sebagai Pusat Bahan Baku
* Asli (Novel): Victor Frankenstein mengumpulkan mayat secara sembunyi-sembunyi, seringkali harus mencuri (merampok kuburan).
* Versi GDT: Latar waktu dipindahkan ke masa Perang Krimea (sekitar 1853-1856). Perubahan ini praktis membuat Victor tidak perlu repot mencuri, karena dia punya pasokan ribuan mayat tentara yang tewas di medan perang. Ini juga menjadi kritik GDT terhadap siklus kekerasan dan ambisi gelap kemanusiaan itu sendiri.
2. Ayah Victor Berubah Total (dan Jadi Sumber Trauma)
* Asli (Novel): Ayah Victor, Alphonse, adalah pria baik, lembut, dan suportif.
* Versi GDT: Ayahnya, yang kini bernama Leopold, adalah seorang dokter bedah yang kejam, menuntut, dan suka menyiksa Victor secara mental. Trauma masa kecil inilah yang membuat Victor tumbuh menjadi "ayah" yang buruk dan lalai terhadap makhluk ciptaannya (The Creature).
3. Munculnya Investor Jahat: Henrich Harlander
* Asli (Novel): Victor bekerja sendirian, didorong oleh obsesi pribadi.
* Versi GDT: Ditambahkan karakter baru bernama Henrich Harlander, seorang pengusaha senjata kaya raya dan war profiteer (pencari untung dari perang). Harlander menjadi investor yang mendanai proyek Victor karena ia ingin otaknya dipindahkan ke The Creature-sebuah kritik pedas GDT terhadap obsesi kaum super kaya untuk hidup abadi.
4. Elizabeth Bukan Lagi Saudara Angkat
* Asli (Novel): Elizabeth adalah sepupu atau anak angkat Victor yang dibesarkan untuk menjadi istrinya (seolah tidak punya pilihan).
* Versi GDT: Elizabeth (diperankan Mia Goth) diubah menjadi keponakan Harlander dan seorang wanita yang vokal, cerdas, dan punya pemikiran sendiri. Ia justru membenci Victor karena kekejamannya, tetapi menemukan rasa kasihan dan cinta pada The Creature.
5. The Creature: Dari Setan Jadi Malaikat Tersakiti
* Asli (Novel): The Creature menjadi monster pembunuh yang kejam, didorong oleh kebencian dan kesepian (ia mengibaratkan dirinya seperti Iblis yang dibuang ayahnya).
* Versi GDT: The Creature digambarkan sebagai sosok seperti Yesus/Kristus yang penuh kasih sayang. Dia hanya membunuh karena kecelakaan atau membela diri. GDT ingin menekankan bahwa The Creature bukanlah peringatan, melainkan cerminan dari hati nurani manusia.
6. Pertemuan dengan Pria Buta Dipermanis dan Lebih Tragis
* Asli (Novel): The Creature mengamati keluarga De Lacey (termasuk pria buta) dari jauh dan belajar bahasa. Saat mencoba mendekat, ia ditolak.
* Versi GDT: Pria buta itu benar-benar menunjukkan kebaikan dan penerimaan terhadap The Creature. Namun, momen haru ini berakhir jauh lebih tragis dengan serangan serigala, yang (kemungkinan) menewaskan si pria buta. Ini bertujuan untuk menonjolkan betapa singkat dan rapuhnya kebaikan di dunia.
7. Victor Tolak Mentah-Mentah Permintaan Pendamping
* Asli (Novel): The Creature meminta Victor membuatkan seorang pasangan wanita (seorang "Bride"), dan Victor sempat mencoba membuatnya, sebelum akhirnya menghancurkannya.
* Versi GDT: Victor langsung menolak mentah-mentah permintaan itu. GDT membiarkan Elizabeth untuk secara singkat memenuhi peran "The Bride" sebelum kematiannya yang tragis, membuat kisah cinta dan penderitaan The Creature semakin fokus.
8. Akhir yang Damai (Tidak di Kutub Es!)
* Asli (Novel): Berakhir suram di Kutub Utara. Victor meninggal masih membenci The Creature, dan The Creature menyesalinya lalu memutuskan untuk membakar diri.
* Versi GDT: Victor dan The Creature akhirnya bertemu dan berdamai di atas kapal. Victor yang sekarat akhirnya menunjukkan kasih sayang, memanggilnya "anakku" dan menyuruhnya untuk hidup. Adegan terakhir yang manis adalah The Creature yang menerima sinar matahari, menandakan awal kehidupan baru, bukan kehancuran.
Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa GDT tidak hanya membuat film horor klasik, tapi juga drama epik yang menyentuh tema cinta, trauma antar-generasi, dan apa arti kemanusiaan sejati.
Simak Video "Video Friday Film Review: Abadi Nan Jaya"
(ass/dar)