Frankenstein: Menuntut Tanggung Jawab Sang Pencipta

Kalau kamu kira Frankenstein cuma kisah horor klasik tentang ilmuwan gila dan monster menakutkan, film terbaru garapan Guillermo del Toro bakal bikin kamu jauh merefleksikannya. Versi ini terasa lebih melankolis, kayak puisi visual tentang penciptaan dan arti menjadi manusia.

Del Toro, memang jagonya menggabungkan keindahan dan kengerian kayak karya kerennya The Shape of Water sama Pan's Labyrinth. Dia mengemas kisah Frankenstein dalam tiga babak besar, masing-masing diceritakan dari sudut pandang berbeda.

Kisah dimulai dengan Victor Frankenstein, seorang dokter bedah jenius yang terlalu terobsesi menciptakan kehidupan dari kematian. Dia menyusun tubuh monster dari potongan mayat korban perang, sebuah karya yang seharusnya menjadi mahakarya, tapi malah berubah jadi mimpi buruk.

Ketika monster itu hidup, Victor bukan merasa bangga. Dia justru takut pada ciptaannya sendiri. Dalam salah satu adegan paling kuat di film ini, kita melihat Victor menatap makhluk itu dengan mata penuh ketakutan, seolah sedang menatap cermin dari kesalahan manusia yang terlalu ingin jadi pencipta.

Monster itu bukan sekadar makhluk buas. Dia belajar membaca, belajar memahami dunia, bahkan belajar merasa.

Dia belajar banyak dari seorang kakek tua buta, sosok yang tanpa sadar, jadi guru kemanusiaannya. Dari sang kakek, dia mengenal kebaikan, kehangatan, dan bahasa manusia. Buku pertama yang dia baca adalah kisah tentang Adam dan Hawa.

Monster yang awalnya cuma merasa kedinginan dan kepanasan, sekarang tahu lebih banyak. Kesadarannya terus tumbuh. Monster itu mulai memahami dia gak bisa mati, gak bisa lupa, dan gak bisa berhenti merasa.

Del Toro menggambarkan penderitaan ini dengan visual yang indah sekaligus menyesakkan. Bayangkan langit kelabu, lalu sosok besar berjalan sendirian di padang salju, makhluk yang cuma ingin dimengerti.

Frankenstein yang diadaptasi Guillermo del Toro dari novel karya Mary Shelley, jadi meditasi visual tentang buah pengetahuan, tentang penciptaan manusia, tentang senjata yang paling berbahaya yaitu kesadaran.

Jika manusia adalah makhluk fana, sementara monster itu tersadar dirinya gak bisa mati. Lalu, siapa sebenarnya yang lebih dikutuk?