Sinopsis:
Empat tahun lalu sutradara Scott Derrickson merilis The Black Phone yang diadaptasi dari tulisan karya Joe Hill-putra Stephen King. Film yang menceritakan tentang seorang penculik anak-anak (Ethan Hawke) tersebut ternyata berhasil memikat tidak hanya kritikus tapi juga penonton.
Dengan cerita yang sederhana, Derrickson berhasil menampilkan horor klaustrophobik yang dahsyat. Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu diculik oleh pembunuh-yang sepertinya pedofil-dan yang hanya bisa menyelamatkanmu adalah suara-suara arwah dari telepon yang sudah tidak berfungsi?
The Black Phone tidak hanya berhasil membuat penonton meringkuk di kursi mereka tapi juga berhasil mendapatkan 180 juta dollar lebih dari bujet produksi kurang dari 20 juta dollar.
Black Phone 2 masih mengikuti karakter yang sama. Finney (Mason Thames) berubah menjadi seseorang yang gampang marah dan menyendiri sambil membakar ganja. Gwen (Madeleine McGraw) berubah menjadi remaja yang menyenangkan, bahkan sampai ditaksir oleh Ernesto (Miguel Mora).
Bagian terbaik setelah kejadian film pertama mungkin adalah kenyataan bahwa Terrence, ayah mereka (Jeremy Davies), sekarang sudah berhenti minum alkohol dan menjadi orang tua yang baik.
Masalah dimulai ketika Gwen mulai bermimpi misterius. Ibunya yang sudah tiada hadir dalam mimpi dan memberi tahu Gwen tentang sebuah lokasi perkemahan di pegunungan. Mimpi Gwen terasa sangat nyata sampai ia bisa berjalan dalam tidur-hal yang membuat Finney khawatir.
Gwen merasa bahwa mimpi ini adalah sebuah misteri. Maka ia, Finney dan Ernesto pergi ke perkemahan tersebut hanya untuk menemui bahwa hantu tidak pernah mati. Penculik yang membuat Finney paranoid, muncul lagi dalam mimpi Gwen dan ia ingin membalaskan dendam.
Review:
Kalau boleh jujur, kisah The Black Phone sebenarnya tidak membutuhkan sekuel. Kisah tersebut sudah tamat dengan resolusi yang sempurna. Tapi kalau Derrickson masih memiliki peluru untuk menakut-nakuti penonton, siapa yang bisa menolak.
Dengan CV yang meyakinkan seperti The Exorcism of Emily Rose dan Sinister, pasti ada sesuatu dalam Black Phone 2 yang layak untuk disaksikan.
Berita baiknya adalah Black Phone 2 bukan film horor yang buruk. Dibandingkan dengan banyak film-film horor lain, terutama jika kita membandingkannya dengan sekuel, film ini masih memiliki sesuatu yang jelas untuk disampaikan.
Derrickson bersama C. Robert Cargill mencoba mengeksplorasi trauma yang dialami remaja setelah mereka mengalami hal yang traumatis. Film ini juga mengeksplor rasa duka yang dialami oleh anggota keluarga terhadap kejadian tragis yang menimpa mereka.
Baca juga: Tron: Ares, Saat ChatGPT Masuk Dunia Nyata |
Meskipun dua topik ini bukan sesuatu yang baru dalam genre horor-terutama dalam "elevated horror" yang akhir-akhir ini merajalela-tapi setidaknya film ini berhasil mengemas dua topik itu menjadi cukup seru.
Berita buruknya adalah semua keseruan yang hadir dalam film pertamanya gagal hadir di sekuelnya ini. Black Phone 2 memang masih mencoba membuat suasana klaustrophobik dengan menaruh semua karakternya di area perkemahan yang tidak bisa diakses karena badai salju.
Tapi sensasinya sangat jauh berbeda dengan rasa putus asa dan seram yang dirasakan oleh karakter utamanya di film pertamanya. Yang lebih parah lagi, horor utama film ini secara literal adalah karbon kopi dari franchise horor yang lebih terkenal.
Kalau kamu familiar dengan nama Freddy Krueger, bersiaplah untuk merasa déjà vu melihat aksi Ethan Hawke di film ini. Seperti hantu berkuku silet itu, Grabber-nama penculik yang dimainkan oleh Ethan Hawke-juga meneror Gwen di dalam mimpi.
Tentu saja karena ini adalah film Derrickson maka ia harus menggunakan visual yang lebih stylish untuk menunjukkan perbedaan antara realita dan mimpi. Dan lagi-lagi Derrickson menggunakan stok film lama dengan grain yang pekat dan suara yang mendesis untuk menjual kengeriannya.
Awal pertama Black Phone 2 melakukannya, efeknya memang lumayan membuat ngeri. Tapi setelah terjadi berulang-ulang, efeknya tak lagi sama. Konklusinya yang juga terasa terlalu mudah juga membuat Black Phone 2 tidak semenggelegar film pertamanya.
Dengan pacing yang cenderung sabar-kalau kita mau menghindari kata "lumayan bikin bosen"-film ini memang masih bisa dinikmati. Terutama kalau kamu kangen dengan karakter-karakter film sebelumnya yang masih dimainkan dengan baik oleh aktor-aktornya-Ethan Hawke terutama, selalu bisa membuat suasana menjadi lebih meriah.
Tapi kalau kamu mencari horor yang bikin kamu kaget atau ketakutan, film ini bukan horor yang kamu cari.
| Genre | horror |
| Runtime | 114 minute |
| Release Date | 17 October |
| Production Co. | Blumhouse Productions Crooked Highway |
| Director | Scott Derrickson |
| Writer | Scott Derrickson C. Robert Cargill |
| Cast | Mason Thames as Finney Madeleine McGraw as Gwen Ethan Hawke as the Grabber Demián Bichir as Armando Jeremy Davies as Terrence |
Simak Video "Video Film Horor 'Weapons' Wujud Ketakutan Sutradara Zach Cregger"
(ass/ass)