Baru beberapa hari sejak kemunculannya di Zurich Film Festival minggu lalu, nama Tilly Norwood langsung jadi bahan omongan di mana-mana.
Padahal, 'aktris' ini bukan manusia sungguhan, Tilly adalah aktris hasil ciptaan AI (kecerdasan buatan) yang viral hanya lewat satu sketsa komedi berdurasi dua menit.
Meski begitu, Tilly sudah jadi sensasi dunia maya dan bahkan disebut sedang menuju status household name alias nama yang dikenal luas publik. Namun, ketika Variety mencoba mengajaknya wawancara, juru bicara dari Particle6 (perusahaan di balik Tilly) menjawab singkat:
"Tilly saat ini belum tersedia untuk wawancara."
Keberadaan Tilly jelas bikin industri film panas dingin. Banyak aktor dan aktris yang menentangnya, termasuk Emily Blunt yang menyebut Tilly benar-benar menakutkan dan Sean Astin selaku presiden SAG-AFTRA yang berjanji akan membahas fenomena ini bersama para agen Hollywood.
Tapi di sisi lain, sejumlah publicist Hollywood justru mulai melihat peluang baru. Salah satunya mengaku tak menutup kemungkinan untuk mewakili seleb AI seperti Tilly di masa depan.
"Ini memang gila, tapi aku harus melihat pergeseran menuju AI seperti dulu waktu sosial media mulai meledak," katanya.
"Aku ingat saat itu, nggak ada yang mau mewakili influencer media sosial. Tapi sekarang, justru nama-nama terbesar di industri ini datang dari sana. Jadi aku yakin masa depan akan melibatkan talenta berbasis AI juga."
Publicist lain punya pandangan yang lebih praktis dan bahkan santai menanggapi kehebohan ini.
"Representasi bukan soal kliennya manusia atau AI. Ini tentang cara memposisikan, menjaga reputasi, dan memastikan narasi tetap benar," ujarnya.
"Saat AI makin terintegrasi dalam kehidupan kita, representasi untuk figur AI akan jadi hal yang umum, bahkan penting. Intinya tetap sama, melindungi pesan, menjaga brand, dan membangun karier dengan integritas, baik itu manusia atau buatan."
Tapi tidak semua setuju. Seorang publicist ternama dengan banyak klien aktris besar menegaskan, "Hell no. Aku gak berpikir mereka butuh publicist."
Menariknya, Particle6 menyebut Tilly gak mau disebut dengan kata they atau it seperti yang banyak digunakan media.
"Kata ganti Tilly adalah she/her," kata pihak Particle6, menambahkan "semua orang ingin mewawancarai Tilly."
Baca juga: Hollywood Bisa Kiamat Lebih Cepat |
Kalau Tilly benar-benar akan 'berkarier' di dunia TV dan film, artinya cepat atau lambat dia bakal tetap diminta melakukan wawancara. Di titik itu, memiliki publicist pribadi akan jadi hal penting, seseorang yang bisa mengatur media mana yang layak dihadiri dan topik apa yang sebaiknya dihindari.
Menurut Tyler Merritt, CTO dari perusahaan teknologi AI asal Austin bernama UneeQ (yang menyebut dirinya sebagai agensi talenta untuk influencer AI), kemungkinan besar saat ini latar belakang dan cerita karakter Tilly sedang dikembangkan.
"Sangat mungkin kita menciptakan narasi sehingga karakter seperti Tilly bisa menjawab pertanyaan secara efektif," kata Merritt.
"Yang penting adalah konsistensi, misalnya Tilly harus 'ingat' kalau dia punya saudara, atau anjing, untuk tiap wawancara. Nah, ketika AI bisa menjaga kontinuitas itu, jadi makin susah buat membongkar kebohongannya."
"Tapi hal yang menarik dari aktor manusia adalah mereka bisa salah, mereka bisa keluar dari karakter. Justru ketidaksempurnaan itulah yang bikin manusia terasa autentik," tambahnya lagi.
Sampai saat ini, baru dua agensi besar Hollywood yang memberikan tanggapan soal kemungkinan merepresentasikan Tilly.
Presiden Gersh Agency, Leslie Siebert, mengatakan kepada Variety, "Aku gak akan kaget kalau Tilly akhirnya menandatangani kontrak dengan agensi, tapi itu jelas bukan kami."
Sementara Richard Weitz, co-chairman dari WME, menegaskan dengan tegas kepada The Wrap, "Kami mewakili manusia."
Simak Video "Video: Sandiaga Uno dan UMA Siap Investasi USD 300 Juta untuk Industri Film RI"
(dar/wes)