Film-film Populer Ini Hampir Batal Dibikin

Asep Syaifullah
|
detikPop
Jaws
Jaws (1975). Dok. Ist
Jakarta - Ada banyak cerita menarik soal proses syuting atau pun development ide sebuah film. Beberapa film ternama dan juga dianggap penting untuk industri juga gak lepas dari kisah seru di baliknya.

Penasaran ada kisah apa aja sih yang jarang diketahui publik dari film-film populer dan penting ini?

Jaws (1975)

Kalau bicara soal film horor di laut maka ada satu nama yang jadi patokan banyak film hingga saat ini yakni Jaws (1975). Film garapan Steven Spielberg itu seolah jadi kurikulum buat film lainnya dan jadi pop culture di seluruh dunia.

Tapi tahu gak sih kalian kalau ternyata film ini hampir batal dibikin karena hampir semuanya yang terlibat dalam produksi itu masih gak punya pengalaman. Spielberg masih 27 tahun dan ia nekat ngajak ahli robot buat bikin hiu yang dinamai Bruce.

Ya namanya anak muda, ada aja lupanya dan ternyata saat dibawa ke laut yang dalam si Bruce malah eror. Mereka kepaksa ngebenerin lagi dan ngebikin biaya produksinya makin membengkak karena hari syuting yang makin lama dan juga nambah biaya sewa kapalnya.

Bahkan pihak Universal Pictures ngasih ultimatum gamau ngeluarin duit lagi dan ngebatalin film itu. Untungnya kesabaran semuanya berbuah manis dan syuting pun akhirnya kelar hingga berhasil mencetak salah satu film paling laris sepanjang masa.

The Matrix (1999)

Nuansa masa depan dan akting Keanu Reeves di The Matrix gak pernah gagal bikin penonton terpukau. Tema sci-fi memang selalu menarik tapi apa yang ditampilin oleh Wachowski sisters di sini beda banget, apalagi adegan actionnya yang ikonik.

Film ini juga yang ngukuhin sosok Keanu Reeves sebagai bintang laga sebelum akhirnya makin tenar dengan John Wicknya. Tapi sebelum film itu rampung, ada banyak keributan yang terjadi dalam proses development proyek ini.

Waktu dipresentasiin, Warner Bros ternyata agak-agak setengah hati ngeluarin duit mereka buat biayain film ini. Mereka ngerasa ada banyak masalah kayak kesulitan teknis dan visualisasi apa yang ada di dalam naskah.

Bayangin aja gimana coba mereka harus ngelakuin riset dan nyoba untuk bikin adegan 360 derajat dan jalur peluru di dalam naskah di mana CGI masih belum secanggih itu.

Untungnya mereka ketemu John Gaeta yang akhirnya ngewujudin dengan metode yang digunakan untuk menciptakan efek-efek ini dari teknik fotografi seni kuno yang dikenal sebagai fotografi time-slice, di mana serangkaian kamera ditempatkan di sekitar suatu objek dan dipicu secara bersamaan.

Pan's Labyrinth (2006)

Saat ini mungkin publik udah mulai terbuka dengan film-film asing dengan bahasa yang gak familiar kita dengar. Tapi dulu pernah loh ada masa di mana film kayak gini dibenci banget bahkan dianggap sebagai racun di bioskop.

Untungnya persepsi ini berubah gegara Guillermo del Toro dengan karya ajaibnya. Namun, ia tak hanya berhasil menghadirkan karya fantasi gelap yang dicintai dan sukses di bioskop, tetapi Pan's Labyrinth juga menjadi salah satu entri paling berpengaruh dalam genre tersebut.

Tapi tentunya proyek ini gak semulus itu, ada masalah besar yang mereka hadapi yakni penonton ogah baca subtitles dan mereka mau bikin film berbahaya Spanyol. Tapi kalau di-dubbing dengan bahasa Inggris, film ini akan ngasih feel yang berbeda dalam eksplorasinya tentang kediktatoran korup dengan pedihnya budaya di luar Amerika.

Film ini juga akhirnya jadi proyek indie dengan budget USD 8 juta sebelum akhirnya Picturehouse mau invest dan juga jadi publisher mereka hingga akhirnya melanglang buana ke berbagai festival film.

Dikombinasikan dengan ekspektasi anggaran besar dan tema kekerasan yang diusungnya, hal ini menjadi tantangan bagi Del Toro untuk mendapatkan dana bagi perilisan global berskala besar yang ia inginkan. Ia gigih, dan film ini tetap menjadi salah satu yang terbaik dalam genre fantasi.

The Social Network (2010)

The Social Network tetap menjadi contoh modern tentang bagaimana film ini dengan piawai memanfaatkan relevansi budaya terkini di era yang kini didominasi oleh wacana daring.

Film ini juga akan meningkatkan minat terhadap genre unik yakni thriller bisnis, sebuah genre yang akan semakin populer dan menghadirkan refleksi yang dibutuhkan tentang industri-industri, baik yang baik maupun yang buruk, serta bagaimana industri-industri tersebut membentuk lanskap budaya saat ini.

Secara teknis, tempo film yang cepat, gaya visual yang tajam, dan penggunaan banyak tokoh untuk menjual cerita menetapkan standar baru untuk genre tersebut yang akan membantu mengukuhkan David Fincher sebagai salah satu sutradara terbaik saat ini.

Tapi kalau bahasa internet tentunya banyak hal yang jadi polemik, apalagi soal salah satu platform dan pendirinya. Meskipun Facebook udah populer banget di internet, bagi para eksekutif studio, film yang mengisahkan sejarahnya tampak seperti hal baru yang kurang menjual.

Tentu saja, ini menjadi perhatian kecil ketika dihadapkan pada isu-isu lain, seperti menangani tokoh besar dan terkemuka yang khawatir akan risiko hukum jika ada yang dianggap mencemarkan nama baik, terutama mengingat tone-tone gelap yang disukai Fincher dalam karyanya.

Pendekatan untuk menceritakan kisah tersebut, yang kini diperjuangkan, juga dipandang sebagai tantangan dalam mempromosikan film dan menghasilkan keuntungan.

Pada akhirnya, pertimbangan hukum yang cermat dan dorongan terus-menerus yang didukung oleh bakat sutradara David Fincher dan penulis skenario Aaron Sorkin menghasilkan film yang jadi salah satu mahakaryanya berikutnya.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO