Exit 8: Mimpi Buruk Terjebak di Dalam Limbo
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Mengadaptasi game bukan perkara yang mudah. Kalau tidak percaya tanya saja Uwe Boll yang mengerjakan adaptasi House of the Dead, Alone in the Dark, BloodRayne dan masih banyak lagi-film-filmnya hampir tidak pernah mendapatkan respons yang positif.
Film adaptasi game yang disukai penonton dan kritikus bisa dihitung dengan jari. Minecraft mendapatkan banyak pundi-pundi dollar tapi tidak semua penikmat film menyukainya. Adaptasi Arcane konon mendapatkan pujian dari penggemarnya. Dan Last of Us lumayan membuat kutukan adaptasi-game-itu-jelek berhenti meskipun musim keduanya tetap dihujat.
![]() |
Lalu ada Exit 8, film adaptasi game yang ditulis dan disutradarai oleh Genki Kawamura. Saya tidak memainkan game-nya tapi setelah menyaksikan film ini, saya bisa membayangkan dengan jelas seperti apa game The Exit 8 tersebut.
Dibuka di dalam kereta bawah tanah, film ini mengenalkan penonton terhadap karakter pertama yaitu seorang laki-laki yang punya asthma (Kazunari Ninomiya) yang cenderung pasif. Ia diam saja ketika melihat seorang laki-laki mengata-ngatai ibu di dalam kereta.
Dalam perjalanan keluar dari kereta bawah tanah, ia mendapatkan telpon dari mantan pacarnya yang mengatakan bahwa ia hamil. Masalahnya bukan di berita ini tapi lebih ke informasi bahwa sang mantan kekasih tidak yakin apakah dia akan meneruskan kehamilannya.
Si laki-laki ini mulai panik dan mengatakan bahwa ia akan menemui mantan pacarnya di rumah sakit. Tapi saat ia mencoba keluar dari bawah tanah, ia tidak menemukan jalan keluar. Si laki-laki terus berputar-putar di area yang sama. Sebentar lagi si laki-laki akan mengetahui bahwa untuk bisa keluar dari Exit 8, ia harus mengikuti peraturan yang berlaku.
Review:
Secara naratif, Exit 8 mungkin tidak menawarkan cerita yang luar biasa. Genki Kawamura menulis film ini bersama Kentaro Hirase dengan desain yang cukup cemerlang. Keputusannya untuk mengganti perspektif membuat film ini terasa seperti main game beneran.
Awal mula film ini "bermain", penonton yang tidak tahu apa-apa pasti akan bingung. Tapi begitu penonton dan karakter utamanya belajar dari peraturan yang sudah ada, Exit 8 menjadi cemerlang.
Baca juga: The Conjuring: Last Rites Bukan Akhir |
Dengan cerita yang sederhana, Exit 8 menawarkan terornya melalui bayangan terjebak yang bagi sebagian orang terasa seperti neraka. Banyak orang mungkin membayangkan neraka adalah tempat yang panas.
Tapi tidak sedikit yang membayangkan neraka seperti Exit 8: sebuah tempat dimana kamu tidak bisa bergerak. Kamu terjebak di tempat yang sama dan semua usahamu untuk keluar terasa sia- sia.
Exit 8 menerjemahkan neraka ini dengan sempurna. Desain produksinya sederhana tapi efektif. Tembok dan lantai keramik, lampu neon putih. Semuanya terlihat "normal" kalau kamu hanya melintasinya sesekali. Tapi terjebak di tempat seperti ini rasanya memuakkan.
![]() |
Belum lagi ketika Genki Kawamura menginjak pedal gas dan memberikan teror kecil seperti tembok berdarah atau loker berisi tangisan bayi. Atau orang yang berdiri diam tapi tersenyum kepadamu. Hal-hal sederhana ini menjadi benar-benar menyeramkan di kondisi lingkungan yang tadinya terlihat membosankan.
Film ini mungkin tidak menawarkan twist yang luar biasa tapi pesan yang ditawarkan cukup mendalam. Meskipun Exit 8 adalah sebuah teror psikologis yang efektif, film ini adalah kisah tentang bagaimana kita siap melangkah ke babak berikutnya. Entah itu menerima cinta atau menjadi orang tua.
Dan Genki Kawamura berhasil menyampaikan itu dalam bentuk teror yang lumayan mengganggu. Meskipun sederhana, Exit 8 ternyata adalah sebuah pembuktian bahwa tidak semua adaptasi game berakhir sampah.
Genre | horror |
Runtime | 95 minute |
Release Date | 29 August |
Production Co. | STORY inc. AOI Pro. |
Director | Genki Kawamura |
Writer | Genki Kawamura Kentaro Hirase |
Cast | Kazunari Ninomiya as The Lost Man Yamato Kochi as The Walking Man Naru Asanuma Kotone Hanase |