Superman Terlalu Kiri, Jadi Dosa di Mata Kanan

Superman versi dia bukan sekadar pamer otot dan kekuatan super. Film ini beneran punya hati, tapi gak naif.
Secara visual, Metropolis dibuat terlihat hangat, tapi gak megah-megah banget. Smallville juga terasa akrab dan setiap adegan aksinya terasa punya makna. Pake CGI itu pasti, tapi gak lebay.
Nah, yang bikin film ini spesial adalah keberaniannya bicara soal isu sosial, tanpa ceramahin penonton. Superman di sini jelas-jelas digambarkan sebagai imigran, dan Gunn gak segan menyorot isu imigrasi yang masih panas di Amerika, terutama yang terjadi di era Trump.
Tapi penyampaiannya lembut, berempati, dan bikin kamu mikir. Bahkan sosial media pun disindir habis-habisan. Lewat metafora lucu, film ini menggambarkan netizen toxic yang gak bisa mikir jernih.
James Gunn, sejak awal emang udah bikin panas kubu konservatif di Amerika, bermula dari wawancara dengan The Times of London, di mana dia menyebut Superman sebagai simbol imigran dan cerminan nilai-nilai Amerika.
"Superman itu kisah tentang Amerika. Tentang imigran yang datang dari tempat lain dan membentuk negeri ini. Tapi buat saya, intinya adalah cerita ini bicara soal kebaikan dasar sebagai manusia. Itu adalah nilai yang kini mulai hilang. Ini memang soal politik, tapi juga soal moralitas," katanya.
![]() |
Pernyataan ini langsung bikin panas telinga para tokoh sayap kanan. Di acara Fox News, Greg Gutfeld bahkan nyinyir soal analogi Gunn.
"Itu analogi yang buruk," katanya.
Waktu ditanya soal reaksi keras dari kubu konservatif, James Gunn kelihatan tenang banget. Saat tampil di karpet merah Superman, dia bilang ke Variety, gak punya komentar apa pun buat mereka yang datang dengan energi negatif.
"Saya di sini bukan buat menghakimi siapa pun. Film ini tentang kebaikan. Saya rasa itu adalah sesuatu yang bisa dirasakan oleh semua orang, terlepas dari pandangan politik," jawabnya.
Film Superman sebetulnya udah ramai bahkan dulu sebelum tayang. Ada yang bilang film ini terlalu 'woke' karena peka terhadap isu-isu sosial dan politik yang berkaitan dengan ketidakadilan, diskriminasi, dan kesenjangan.
Dean Cain, aktor yang dulu terkenal sebagai Superman di serial TV Lois & Clark: The New Adventures of Superman, baru-baru ini angkat suara soal Superman. Bukannya excited, Cain justru khawatir kalau versi terbaru ini justru bakal terlalu 'woke'.
Dalam wawancara dengan TMZ, Cain yang sekarang juga dikenal sebagai host Ripley's Believe It or Not!, mengungkapkan kekhawatiran karakter ikonik itu bakal diubah terlalu jauh demi agenda-agenda progresif Hollywood.
Menurut Cain, Superman sudah punya nilai-nilai yang kuat sejak awal, termasuk sikap ramah terhadap imigran, sesuai dengan latar belakang Kal-El yang datang dari planet lain dan dibesarkan di Amerika. Tapi, dia khawatir Gunn akan mendorong narasi itu terlalu jauh.
"Seberapa 'woke' Hollywood akan buat karakter ini? Kenapa karakter seperti Snow White juga harus diubah? Mereka itu ada sesuai zamannya. Mengubah karakter yang sudah dicintai, menurut saya bukan ide bagus," kata Cain.
Cain juga merupakan pendukung Donald Trump yang dikenal dengan kebijakan imigrasi superketat. Cain selama ini memang dikenal vokal soal isu-isu budaya pop yang dianggap terlalu progresif. Dia sering muncul di media konservatif untuk mengkritik karakter fiksi yang, menurutnya, mulai melenceng dari versi aslinya gara-gara agenda ideologi kiri.
Sementara di sisi lain, beberapa jam yang lalu, Gedung Putih menjadi sorotan usai akun X-nya mengunggah foto Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memakai jubah Superman bak poster film Superman yang baru rilis.
"Simbol Harapan. Kebenaran, Keadilan, Gaya Amerika. Superman Trump," bunyi caption unggahan Gedung Putih tersebut.
Film adalah potret zaman, yang gak hanya sekadar hiburan, tapi juga merekam kondisi sosial, budaya, dan politik. Termasuk, tentu saja, Superman!
(nu2/ass)