Sutradara Iran Bikin World War III di Layar

Selamat datang di semesta World War III, film Iran yang ceritanya setara rollercoaster tapi penuh jebakan batin. Sutradara Houman Seyedi bikin film yang awalnya terasa kayak satire absurd, tapi makin lama nonton, makin terasa kayak ditonjok pelan-pelan sampai tergeletak. Ini bukan metafora.
Pemeran utamanya, Shakib (Mohsen Tanabandeh), bukan siapa-siapa. Serius, dia literally gak pernah main film, gak punya pengalaman akting, dan wajahnya jauh banget dari sosok Hitler.
Tapi rejeki bisa datang dari mana aja, bahkan dari lorong gas chamber tempat kamu biasa tidur.
Awalnya, Shakib cuma dikontrak buat jadi tukang dan penjaga set lokasi film. Tapi ketika pemeran utama tumbang karena sakit, para produser panik dan langsung tunjuk Shakib buat gantiin.
Dia kaget, dan bingung banget waktu itu. Tapi namanya juga proyek besar, akhirnya dia dirayu, diplesterin kumis Hitler, dan disodorin tumpukan dokumen yang dia bahkan gak bisa baca.
Nah, di sinilah letak kekuatan World War III. Film ini bukan tipe tontonan yang bisa kamu tebak alurnya. Apa yang awalnya kelihatan seperti komedi hitam, pelan-pelan berubah jadi drama tragis yang bikin dada sesak.
Kamu bakal nemu momen-momen lucu yang pahit, lalu diseret masuk ke dalam dilema moral dan perasaan gak nyaman. Gimana bisa seorang pria yang bahkan gak tahu siapa itu Hitler bisa memerankan Hitler? Apakah dia sekadar korban sistem, atau diam-diam menikmati kekuasaan yang tiba-tiba dia pegang?
Seyedi ngajak kita mikir, apakah jadi penindas atau tertindas itu identitas, atau sekadar peran yang kita mainkan saat ada kesempatan? Gegara pertanyaan itu film ini nyangkut di kepala.
Kalau film ini bikin kamu merinding, banyak pujian patut diarahkan ke Mohsen Tanabandeh. Di awal film, dia kayak kanvas kosong, tapi makin lama, kamu bakal lihat ekspresi minimalisnya berubah jadi bom emosi yang meledak diam-diam. Dia sampai menang Best Actor di Venice Film Festival.
(nu2/dar)