Dari Mahakarya ke Malapetaka: Ini Batman yang Layak Pakai Batarang Emas

Nugraha
|
detikPop
Robert Pattinson, Bintang Film The Batman
Robert Pattinson, Bintang Film The Batman Foto: Instagram @thebatman
Jakarta - Kalau ngomongin superhero, rasanya gak ada yang seterkenal Batman. Si manusia kelelawar dengan batarang, senjata berbentuk kelelawar ini udah jadi ikon pop culture selama puluhan tahun. Tapi tiap orang punya versi Batman favorit dari deretan film yang pernah ditayangkan.

Dari era gothic Tim Burton, warna-warni ceria Joel Schumacher, trilogi gelap penuh filosofi Christopher Nolan, sampai pendekatan noir penuh luka ala Matt Reeves. Batman selalu muncul lagi dan lagi, dengan wajah berbeda dan kisah yang terus berevolusi.

Tahun ini, memperingati 20 tahun sejak Batman Begins (2005) dirilis. Film ini jadi penanda kebangkitan baru sang Dark Knight setelah era Schumacher yang penuh kontroversi. Nah, untuk merayakannya, yuk kita lihat lagi kilas balik deretan film Batman dengan urutan terbaik yang dirilis sejak 1989, seperti dinilai para kritikus di Entertainment Weekly:

Batman Begins (2005):

Batman BeginsBatman Begins Foto: Batman Begins (imdb)

Disutradarai oleh Christopher Nolan, Batman Begins membawa napas baru ke semesta Gotham. Christian Bale tampil sebagai Bruce Wayne yang penuh luka batin dan perjalanan pembentukan Batman diceritakan dengan detail yang menyentuh.

Nolan berhasil membuat versi Batman yang serius, tapi gak kehilangan daya tarik sinematiknya. Ini adalah awal dari trilogi yang akan mengubah wajah film superhero.

The Dark Knight (2008):

Cuplikan adegan dalam film The Dark Knight.Cuplikan adegan dalam film The Dark Knight. Foto: Dok. Warner Bros

Kalau ada film Batman yang paling sering disebut masterpiece, ya ini dia. Heath Ledger sebagai Joker bukan cuma menggetarkan layar, tapi juga meninggalkan warisan sinematik yang gak bisa diulang.

Film ini bukan sekadar pertarungan antara baik dan jahat, tapi sebuah eksplorasi tentang betapa tipisnya batas antara keduanya. Gelap, cerdas, dan menggugah.

The LEGO Batman Movie (2017):

The Lego Batman MovieThe Lego Batman Movie Foto: Dok. IMDb

Lucu, cepat, dan penuh sindiran terhadap mitos Batman sendiri. Dengan suara Will Arnett sebagai Batman, film animasi ini menyajikan parodi terhadap seluruh warisan Batman.

Meski sempat terasa melelahkan karena temponya yang super cepat, film ini dinilai sebagai 'corporate brainwashing' paling menyenangkan.

Batman Forever (1995):

Poster film Batman Forever.Poster film Batman Forever. Foto: Istimewa/IMDB

Masuk ke era yang lebih berwarna, Joel Schumacher memperkenalkan Batman versi glamor. Dengan Jim Carrey sebagai The Riddler dan Tommy Lee Jones sebagai Two-Face, film ini seperti pesta kostum di rumah sakit jiwa.

Kamu kayak diajak selama dua jam berada di dalam rumah sakit jiwa yang ceria, penuh warna dan kegilaan.

The Dark Knight Rises (2012):

The Dark Knight RisesThe Dark Knight Rises Foto: The Dark Knight Rises (imdb)

Penutup trilogi Nolan ini penuh muatan filosofi dan skala cerita yang masif. Dengan Bane (Tom Hardy) sebagai lawan, Bruce Wayne harus kembali dari kejatuhan untuk menyelamatkan Gotham.

Film ini kayak meditasi serius soal sistem sosial yang dibalut dengan adegan laga dan iringan musik gahar dari Hans Zimmer.

The Batman (2022):

The BatmanThe Batman Foto: dok Warner Bros

Robert Pattinson jadi Batman termuram sejauh ini. Dia mencatat di jurnal dengan kesedihan, dan memberi nuansa noir kelam yang belum pernah ada sebelumnya.

Film ini sebagai opera kelam yang hampir berhasil jadi mahakarya, hampir, karena belum sepenuhnya sampai.

Batman (1989):

Film Batman (1989) yang dibintangi oleh Michael Keaton.Film Batman (1989) yang dibintangi oleh Michael Keaton. Foto: Dok. Warner Bros

Film Batman pertama dari Tim Burton yang mengawali semua. Michael Keaton jadi Bruce Wayne yang muram dan Jack Nicholson tampil ikonik sebagai Joker.

Meski desain visual dan Joker-nya memikat, film ini terasa kurang energik dan animatif untuk ukuran karya Burton.

Batman Returns (1992):

Cuplikan adegan di film Batman Returns (1992).Cuplikan adegan di film Batman Returns (1992). Foto: Dok. Warner Bros

Kali ini Batman berhadapan dengan Catwoman dan Penguin. Filmnya penuh karakter, set, dan ide. Tapi terlalu banyak sampai bikin ceritanya gak fokus.

Film ini dianggap sebagai spektakel visual khas Burton, tapi terlalu penuh dan sibuk sendiri.

Batman v Superman: Dawn of Justice (2016):

Film Batman V Superman Dawn of Justice.Film Batman V Superman Dawn of Justice. Foto: Istimewa/IMDB

Ben Affleck debut sebagai Batman dan langsung adu otot sama Superman. Premis awalnya menarik, tentang ketakutan dan kebencian terhadap yang tak dikenal. Tapi sayangnya, film ini berubah jadi parade CGI penuh ledakan.

Film ini akhirnya cuma jadi jembatan untuk 10 film DC berikutnya.

Justice League (2017):

Justice League (2017).Justice League (2017). Foto: dok. IMDb

Setelah tragedi di balik layar dan banyak revisi, versi teater Justice League hadir dengan rasa ingin lebih lucu ala Marvel. Tapi sayangnya, fokus pada cerita besar jadi hilang.

Film ini terasa hambar, bahkan kayak bukan hari keberuntungan DC.

Batman & Robin (1997):

BEVERLY HILLS, UNITED STATES:  The stars of the film BEVERLY HILLS, UNITED STATES: The stars of the film "Batman & Robin," actors Arnold Schwarzenegger (L) and George Clooney (R) pose with their costumes Mr. Freeze and Batman 06 June at Planet Hollywood in Beverly Hills, where the costumes will be on permanent display. Schwarzenegger, who plays Mr Freeze, recently had heart surgery. (Photo credit should read MIKE NELSON/AFP via Getty Images) Foto: AFP via Getty Images/MIKE NELSON

George Clooney jadi Batman, dengan kostum yang bahkan punya puting. Film ini jadi bahan candaan sepanjang masa. Penuh lelucon murahan dan karakter sidekick yang datar.

Poison Ivy dan Batgirl jadi karakter tempelan, dan ceritanya justru lebih cocok untuk serial TV.

Zack Snyder's Justice League (2021):

Justice LeagueJustice League Foto: Courtesy of Warner Bros. Picture

Setelah permintaan panjang para fans, akhirnya versi asli Snyder dirilis di HBO Max. Dengan durasi empat jam, film ini terasa seperti miniseri daripada film.

Film ini kayak sebuah sajian gelap dan panjang yang menjanjikan hal seru. Panjang sih, tapi gak lebih baik dari versi bioskop.

Batman adalah sosok yang bisa berubah bentuk tergantung siapa di balik kameranya, dan siapa yang mengenakan jubahnya. Ada yang dramatis, ada yang lucu, ada yang gelap banget sampai nyaris depresif. Tapi apapun yang terjadi di layar, Batman selalu punya cara untuk kembali dan tetap jadi legenda.


(nu2/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO