Bidaah: Dibenci Malaysia, Dicintai Indonesia

Hal ini diakui langsung oleh penulis skenario Bidaah, Erma Fatima, kala ditemui detikPop baru-baru ini di kawasan Senayan City, Jakarta Pusat.
"Di Malaysia tidak se-viral Indonesia. Dari segi bagaimana orang Indonesia mencintai Walid itu. Mereka tidak bisa terima Walid. Dan mereka juga tidak membuat parodi-parodi seperti itu. Di Malaysia lebih terkenal dengan permasalahan menjatuhkan ulama kontroversinya," terangnya.
"Dia lebih viral karena dianggap sebuah sinetron yang menjatuhkan ulama. Jadi dia tidak mengangkat karakternya Walid seperti itu. Berarti mereka penerimaannya tidak se-flexible Indonesia," tambahnya.
Eirma pun mengaku sedikit heran bagaimana serial tersebut bisa mendapatkan respon berbeda di Indonesia. Ia pun merasa jika ini memang sudah jalan dari Tuhan dan tidak pernah menyangka-nyangka akan pencapaian tersebut.
"Ya, benar. Apabila saya melihat keadaan fenomena di Indonesia ini, saya agak syok ya. Jadi ternyata... Jadi ternyata meskipun kita serumpun ya, namun kita mempunyai persepsi yang berbeda. Malahan kesukaan parodi-parodi yang dibuat oleh anak-anak di Indonesia ini yang sebenarnya salah satu faktor yang menyebabkan serial itu makin boom," papar wanita berusia 57 tahun tersebut.
Sejak tayang Bidaah sukses besar-bahkan pecah rekor views. Dilaporkan oleh Viu Malaysia, serial ini udah ditonton lebih dari 2,5 miliar kali per 6 April 2025. Angka itu melonjak drastis cuma dalam tiga hari karena tiga episode terakhirnya dirilis 5 April.
Drama ini pun jadi nomor satu di Viu Malaysia dan Indonesia.
Buat Erma, Bidaah bukan drama asal viral. Ia percaya cerita yang kuat bisa jadi alat untuk menyadarkan masyarakat.
"Saya ingin melakukan sesuatu yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat," tuturnya.
(ass/dar)