Penjelasan Ending Paradise at Mother's Feet: Perjalanan ke Makkah Modal Gerobak

Film asal Kirgizstan ini membawa kita dalam perjalanan seorang anak yang ingin membawa ibunya ke Makkah. Namun, perjalanan mereka bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan, kejutan, dan rahasia besar yang terungkap sepanjang cerita.
Yuk, kita bahas lebih dalam!
Sinopsis Paradise at Mother's Feet
Film yang juga dikenal dengan judul Beyish Enenin Tamanynda ini mengisahkan Adil, seorang pemuda 35 tahun dengan kondisi mental setara anak 8 tahun. Sepanjang hidupnya, ia selalu didampingi oleh sang ibu, Raikhan, wanita berusia 75 tahun yang selalu menyayanginya.
Sang ibu meyakinkan Adil bahwa Tuhan mencintainya secara tulus dan ia bisa masuk surga dengan mudah. Namun, Adil tidak mau masuk surga tanpa ibunya.
Lalu, sebuah desas-desus muncul: seorang ibu bisa masuk surga jika berhasil mengantarkan anaknya ke Makkah. Percaya akan hal ini, Adil pun bertekad untuk membawa ibunya berhaji!
Hanya dengan modal gerobak sederhana, mereka memulai perjalanan yang luar biasa melewati tujuh negara, termasuk wilayah konflik di Suriah.
Dari Kyrgyzstan, Kazakhstan, Azerbaijan, Turki, hingga akhirnya Suriah, perjalanan ini penuh dengan tantangan. Mereka menghadapi keterbatasan fisik, perbedaan budaya, konflik politik, dan kondisi ibu Adil yang semakin memburuk.
![]() |
Namun, semangat Adil tetap kuat. Perjalanannya membuktikan bahwa cinta seorang anak kepada ibunya memang tak terbatas.
Setelah perjalanan panjang yang menguras tenaga dan emosi, akhirnya Adil dan ibunya sampai di Makkah dan bisa menjalankan ibadah haji. Tapi, disini tantangan baru muncul.
Kondisi sang ibu semakin lemah hingga akhirnya harus dirawat. Namun, keberuntungan datang ketika mereka bertemu seorang paman baik hati yang membantu memastikan ibadah mereka berjalan lancar.
Baca juga: Saat Raja Drama Religi Berlabuh ke Netflix |
Ending Paradise at Mother's Feet
Spoiler Alert!
Menjelang akhir hidupnya, sang ibu akhirnya mengungkapkan rahasia besar. Ternyata, Adil bukan anak kandungnya!
35 tahun lalu, suaminya meninggalkannya karena ia dianggap tidak bisa memiliki anak. Lalu, di sebuah stasiun, seorang wanita muda menitipkan bayinya (Adil) untuk membeli tiket. Sayangnya, wanita itu tidak pernah kembali.
Ketika sang ibu kandung Adil akhirnya muncul dan mencarinya, ibu angkatnya sudah terlanjur menyayangi Adil seperti anak sendiri.
Ia pun membawanya pulang dan membesarkannya dengan penuh cinta. Fakta ini tentu menjadi pukulan berat bagi Adil, namun ia tetap mencintai ibunya seperti sebelumnya.
Setelah ibunya wafat dan dimakamkan di Makkah, Adil mendapat tawaran untuk pulang ke Kyrgyzstan dengan pesawat. Namun, ia memilih untuk kembali berjalan kaki, sama seperti yang ia lakukan bersama ibunya.
Keputusan penuh makna ini akhirnya membuat sang paman memutuskan untuk ikut menemani Adil dalam perjalanan pulangnya.
Film ini berakhir dengan adegan yang menunjukkan perjalanan Adil yang masih akan berlanjut, meskipun kini dengan tujuan yang berbeda. Sebuah akhir yang menyentuh dan meninggalkan banyak pelajaran bagi penonton.
(dar/dar)