Filmnya Hampir Gagal, Sutradara Fast & Furious: Keanu Reeves Seperti Malaikat

Lin mengangkat kisah John Allen Chau dalam drama biografi tersebut, mengisahkan berbagai peristiwa yang menyebabkan misionaris muda itu mencoba menghubungi suku terpencil yang tinggal di sebuah pulau di Samudra Hindia.
Berbicara dengan The Wrap selama acara The Sundance, Lin berbagi dengan outlet tersebut bahwa ada saat di mana ia tidak yakin Last Days akan dibuat setelah pendanaan untuk proyek tersebut gagal.
Itulah yang sering terjadi pada produksi independen, tetapi dalam situasi ini, Keanu Reeves datang menyelamatkan bukan karena ia mencari kredit produksi apa pun, tetapi hanya karena ia ingin membantu.
"Itulah satu momen ketika semuanya berantakan. Saya pikir dengan semua pengalaman independen, kau tidak akan tahu apa-apa. Ini seperti naik roller coaster. Pada titik itu, saya pikir semuanya akan selesai. Kami memiliki malaikat di sepanjang jalan yang datang dan benar-benar membantu kami. Dalam kasus ini, saya mendapat telepon dari Keanu Reeves yang mendengar bahwa kami mengalami beberapa masalah dan dia berkata, 'Lihat, saya ingin membantu', dan itu benar-benar menginspirasi."
![]() |
Lin melanjutkan dengan mengatakan bahwa berkat campur tangan Reeves, ia dapat bertemu dengan "manusia terbaik," yang semuanya datang membantunya untuk membantu Last Days berjalan.
Film ini menandai kembalinya Lin ke dunia film indie setelah 18 tahun absen, di mana ia menghasilkan banyak film beranggaran besar, termasuk empat film Fast & Furious yang disutradarainya, dan Star Trek Beyond pada 2016.
"Saya cukup beruntung berada di posisi dan memiliki sumber daya untuk berkata, 'Tahukah Anda? Ayo kita mulai. Ayo kita tentukan tanggal mulainya.' Sejujurnya saya tidak tahu bagaimana, seperti, itu hanya sesuatu di kepala saya, dan saya hanya berpikir, 'Kita akan berhasil, apa pun yang terjadi.' Dan momen itu, itu mengubah segalanya."
"Itu seperti mempersiapkan kami. Saya mulai bertemu dengan manusia terbaik dan semua orang dari seluruh dunia datang dan bergabung dengan kami. Begitulah cara kami dapat membuat film ini," pungkasnya.
Di usianya yang baru 26 tahun, John Chau berinisiatif untuk menyampaikan firman Tuhan kepada suku Sentinel yang tinggal di Pulau Sentinel Utara di Samudra Hindia, tetapi setelah melakukan kontak, ia dibunuh karena usahanya.
Insiden tersebut menjadi berita utama di seluruh dunia pada 2018, dengan seluruh komunitas misionaris Kristen menjadi sorotan publik. Kisahnya telah menjadi subjek dokumenter National Geographic (lihat di atas), yang dirilis pada 2023 dan saat ini dapat disaksikan melalui Disney+.
(ass/pus)