Ini Film Batman yang Paling Dibenci Orangtua

Asep Syaifullah
|
detikPop
Cuplikan adegan dalam film Batman Returns.
Cuplikan adegan dalam film Batman Returns. Dok. Ist
Jakarta - Film superhero tentunya dibuat untuk aman disaksikan oleh anak-anak sebagai market terbesar mereka. Namun hal ini perlahan mulai bergeser karena banyak penikmatnya yang tumbuh dewasa dan masih mem-follow perkembangan film tersebut.

Berbicara soal target audience, ternyata sempat ada kisah menarik yang terjadi dalam film Batman pada 1989 yang digarap oleh Tim Burton. Film ini berhasil meraih sukses besar dan menjadi tonggak Warner Bros untuk lebih serius dalam menggarap genre superhero.

Sayangnya Tim Burton malah tak peduli dengan keberhasilan itu dan malah memutuskan untuk tak bikin sekuelnya lagi. Pihak studio pun berusaha keras untuk membujuknya bahkan sampai memberikannya kebebasan penuh untuk menggarap film itu dengan visinya sepenuhnya pada Batman Returns.

Namun, ketika sekuelnya dirilis, pencapaiannya jauh di bawah pendapatan box office film pertama, meskipun mendapat hasil yang lebih baik di mata para kritikus. Singkatnya, film pertama raksasa budaya pop ini meraup $411,6 juta atau sekitar Rp 6,3 triliun di seluruh dunia, sementara Batman Returns hanya menghasilkan $267 juta atau Rp 4,1 triliun di seluruh dunia.

Lebih buruk lagi jika kita mempertimbangkan bahwa Batman hanya membutuhkan biaya produksi sebesar $48 juta atau Rp 746 miliar sementara Batman Returns menghabiskan setidaknya $50 juta, mungkin mencapai $80 juta atau senilai Rp 1,2 triliun.

Perubahan memang dilakukan Tim Burton pada sekuel itu di mana ia mengganti penulis naskah Sam Hamm dan digantikan oleh Daniel Waters dan Wesley Strick. Nama kedua itu yang membuat elemen berbahaya di dalam film tersebut yang kemudian dikhawatirkan oleh para orangtua.

Film Batman Returns.Cuplikan adegan di film Batman Returns. Foto: Istimewa/IMDB

Strick memasukan cerita di mana The Penguin (Danny DeVito) berencana untuk menculik dan membunuh seluruh bayi di Gotham. Hal yang cukup jarang dijumpai di film superhero yang akhirnya membuat orangtua berpikir ulang untuk mengizinkan anak-anaknya menyaksikan film itu.

Tak hanya itu saja kejutan yang dibuat Tim Burton, ia juga menampilkan adegan di mana Batman (Michael Keaton) membantai anak buah Penguin dan pada satu ledakan pamungkas ia pun pergi sambil tersenyum puas.

Elemen lainnya adalah fokus pada penjahat. Seperti film sebelumnya, Batman Returns menunjukkan bahwa Burton lebih tertarik pada antagonis daripada protagonis, dan karakterisasi Penguin dan Catwoman membuat bingung.

Di sisi lain, adegan kematian Selina Kyle (Michelle Pfeiffer) masih menggemparkan, dan banyak orang tua yang mempermasalahkan seksualitasnya yang terang-terangan (misalnya busana kulit yang dikenakannya dan beberapa komentar mesum Penguin terhadapnya). Dia juga lebih merupakan anti-hero daripada antagonis, yang menambah komplikasi lebih lanjut pada pembunuhan Max Schreck di babak ketiga.

Sedangkan untuk Penguin sendiri, dia bukanlah gangster yang kejam dalam komik dan lebih merupakan monster Burtonesque. Tidak ada satu momen pun bersamanya di layar yang dapat dianggap menyenangkan, mulai dari pengabaiannya saat masih bayi hingga pembunuhannya terhadap Ice Princess (Cristi Conaway) atau plot babak ketiga yang disebutkan di atas.

Bahkan ketika salah satu anak buahnya angkat bicara mempertanyakan apakah tindakan menyakiti anak-anak itu benar, reaksi antagonisnya adalah menembak dada karyawannya.

Belum lagi, saat Penguin sendiri mati, ia melakukannya dengan gemericik darah berwarna hitam kehijauan. Jika usia penonton masih berada di bawah sepuluh tahun, itu adalah gambaran yang sangat sulit untuk dilupakan, apalagi mengingat film tersebut mengambil latar saat musim Natal.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO