Standing Ovation untuk Jude Law yang Lawan Neo-Nazi di The Order

Saat lampu bioskop menyala terlihat Jude Law bersinar ketika dia, Justin Kurzel dan lawan mainnya Nicholas Hoult, Tye Sheridan dan Jurnee Smollett menikmati tepuk tangan meriah selama tujuh menit. Sambutan meriah itu bisa bertahan lebih lama jika mereka tidak keluar dari bioskop sambil melambai ke penonton yang masih bersorak.
Diangkat dari peristiwa nyata, film ini berlatar kejadian pada 1983 di Idaho dan menampilkan seorang agen FBI yang mengikuti serangkaian perampokan bank dan perampokan mobil yang semakin kejam, dan menyadari bahwa itu adalah ulah sekelompok teroris neo-Nazi yang membuat situasi makin berbahaya.
Baca juga: Kenangan Naomie Harris saat Jadi Bond Girls |
Kelompok ini pun dipimpin pria radikal bernama Robert Jay Mathews, diperankan oleh Nicholas Hoult, yang merencanakan perang melawan pemerintah AS.
The Order sendiri merupakan adaptasi dari buku "The Silent Brotherhood" tahun 1989 karya Kevin Flynn dan Gary Gerhardt, juga dibintangi oleh Sheridan, Smollett, Alison Oliver dan Odessa Young.
Sebelumnya pada konferensi pers film tersebut, Law berbicara tentang pentingnya film tersebut di saat ideologi sayap kanan kembali bangkit dan menyuarakan White Supremacy-nya.
"Sedihnya, relevansinya sudah jelas," katanya.
"Rasanya seperti sebuah pekerjaan yang perlu dilakukan sekarang. Selalu menarik untuk menemukan bagian dari masa lalu yang memiliki hubungan relevan dengan masa kini."
"Pada tanggal 6 Januari 2021, tali digantung di depan Gedung Capitol yang meniru pemberontakan fiksi dari novel 'The Turner Diaries' tahun 1970-an, rencana induk pertama terorisme domestik di Amerika," demikian pernyataan Kurzel menggarisbawahi relevansi film tersebut saat ini.
Baca juga: Marvel Jadi Zeitgeist Masa Lalu |
Sementara itu si sutradara menyebut The Order sebagai perburuan ke kedalaman kebencian, sebuah pertanda Amerika yang terpecah, sebuah peringatan tentang apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.
The Turner Diaries menjadi inspirasi bagi para fanatik yang menyerbu US Capitol setelah pemilu 2020. Itu juga merupakan ide sentral bagi The Order, sebuah pasukan gadungan yang dibentuk pada awal tahun 1980-an di belakang mantan Mormon yang karismatik, Bob Matthews, yang misinya adalah membuat Amerika menjadi putih kembali.
Sebagai anggota jemaah Bangsa Arya, ia sudah cukup banyak bicara. Pengeboman, pembunuhan dan perang yang dibiayai oleh kejahatan adalah cara yang harus dilakukan.
(ass/ass)