Heeramandi dan Sukses Pertama Sang Sutradara di Netflix

Asep Syaifullah
|
detikPop
Cuplikan adegan di serial Heeramandi.
Cuplikan adegan di serial Heeramandi. Dok. Netflix
Jakarta - Perjanjian antara Sanjay Leela Bhansali dan Netflix melalui Heeramandi: The Diamond Bazaar menjadi salah satu momen yang paling berkesan di dalam hidup sutradara berusia 61 tahun tersebut.

Ini kali pertamanya ia mengulurkan tangan untuk layanan OTT namun ide besar yang ditawarkannya membuat Netflix tak segan menggelontorkan uang dengan jumlah fantastis mencapai Rp 389,4 miliar dan menjadi proyek termahal yang pernah dibuat Netflix India.

Dengan set yang mewah dan kostum anggun yang dihadirkan Sanjay di serial tersebut, membuat para penonton teringat dengan Paadmavat (2018) yang juga merupakan film buatannya. Biaya besar tersebut sepertinya dimanfaatkan dengan baik olehnya terbukti proses produksi yang cukup panjang bahkan hampir mencapai tiga tahun lamanya.

Apalagi dalam episode awal saja kita sudah disuguhkan set yang apik dan deretan perhiasan mewah yang dimiliki oleh Fareedan (Sanokshi Sinha) yang seolah memperlihatkan betapa mewahnya hidup para tawaif di Heeramandi.

Pertaruhan besar itu pun membuahkan hasil dan membuat serial drama tersebut menjadi hit di seluruh dunia.

Dalam wawancaranya bersama Variety, Sanjay pun mengaku bersyukur dengan pencapaian tersebut. Apalagi karyanya itu memberikan hasil positif di 194 negara.

Cuplikan adegan di serial Heeramandi.Cuplikan adegan di serial Heeramandi. Foto: Dok. Netflix

"Heeramandi adalah (proyek) OTT pertamaku dan aku sangat bersyukur dengan cinta dan kasih yang diberikan para penonton terhadap diriku dan rekan-rekan ku. Aku bersyukur Netflix membuat serial ini dapat disaksikan oleh para penonton di 194 negara. Tak seperti film yang langsung mendapatkan feedback perhitungan box office, ini berbeda untuk serial," ungkapnya.

"Reaksinya luar biasa dan menghangatkan hati. Yang benar-benar menonjol bagi saya adalah bahwa penonton telah menonton 'Heeramandi' secara berlebihan dan bahkan menontonnya dua atau tiga kali berturut-turut. Sangat menyenangkan melihat tanggapan yang kami terima di media sosial dan jenis konten yang dibuat orang-orang seputar pertunjukan dari berbagai belahan dunia," tambahnya.

Proses cukup panjang dilakoninya untuk membuat serial tersebut di mana mereka sampai menghabiskan hingga 350 hari syuting selama tiga tahun lamanya. Ia pun merasa cukup senang dengan hasilnya dan menurutnya tak ada yang perlu ditambahkan atau diubah dari serial tersebut.

"Aku ingat saat mengerjakan post, edit dan re-editingnya hingga akhirnya film ini bisa ditayangkan. Kayaknya setelah aku melihatnya lagi, aku tak merasa ada perubahan yang dibutuhkan," paparnya.

Mencakup era 1920 hingga 1947, kisah ini berlatar di distrik Heeramandi di Lahore, British India, lingkungan para tawaif. Seperti halnya geisha di Jepang, tawaif dilatih bermusik dan tari serta didekati oleh kaum bangsawan.

Konflik pun terjadi di antara pusat dari para tawaif yakni Mallikajaan (Manisha Koirala), dikenal sebagai ratu licik Heeramandi, dan keponakannya yang pendendam, Fareedan (Sonakshi Sinha), yang memiliki ambisi untuk menggantikan bibinya.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO