5 Aspek Memukau dari Blade Runner 2049

Walaupun bisa dinikmati sebagai stand alone, faktanya film ini merupakan sequel dari film pertamanya yang berjudul Blade Runner yang dirilis 35 tahun sebelumnya yaitu tahun 1982.
Dengan mengusung karakter android yang memiliki kehampaan di hatinya, aspek sinematik dalam film ini berusaha untuk menyokong naratif yang ada. Dengan banyaknya shot wide yang berguna untuk menjelaskan latar tempat, wide disini juga menjelaskan kekosongan frame yang diisi oleh karakter utamanya.
Film ini menjadi salah satu film yang menyajikan pengalaman sinematik yang fantastis. Membangun dunia distopia dengan neo noir, serta menjelaskan kondisi planet di masa depan, juga menyelaskan kondisi sosial dan ekonomi manusia yang berdampingan dengan AI.
Berkolaborasi dengan Denis Villeneuve, Roger deankins berhasil mewujudkan keinginan sinematiknya tersebut di dalam film ini. Film ini sukses membawa kesan dunia yang baru dalam dunia sinema pada masa itu.
Berikut adalah beberapa konsep sinematik yang digunakan dalam Blade Runner 2049:
1. Penggunaan Neo Noir
Neo Noir adalah aspek sinema yang berevolusi dari pendahulunya yaitu film Noir. Dengan mengambil lingkungan yang padat, serta warna yang kontras namun mencekam, Blade Runner 2049 menggunakan aspek itu untuk menggambarkan setting distopia di filmnya.
Dengan mengcapture ketimpangan di kota maupun di gurun luas, Neo Noir bekerja disini sebagai pembanding situasi. Walau dengan palet warna yang sama, kesan yang dirasakan penonton akan drastis berbeda.
Penonton juga akan memaknai tiap emosi di scenenya berdasarkan situasi yang diciptakan dengan bantuan sinematiknya.
2. Penerapan Wide Shot
Mengenalkan dunia dengan latar yang baru pada distopia, beberapa peralihan scene menggunakan wide shot untuk mengenalkan latar tempatnya. Hal itu diterapkan untuk memberikan kesan detail tentang lingkungan sekitar agar penonton bisa merasakan atmosfer lingkungan yang sama dengan yang karakter yang rasakan.
Di momen ini lah para penonton diberi waktu untuk melihat dunia sinematik yang dibangun sekaligus menikmatinya. Wide shot di film ini didominasi dengan objek masif seperti gedung-gedung pencakar langit ataupun gurun yang sangat luas.
3. Frame kosong
Demi mencapai tujuan naratif untuk memperlihatkan kekosongan emosi karakter utamanya, banyak frame yang dibuat kosong saat bersama karakter utamanya. Disaat Officer K menjalankan perjalanannya selalu dibuka dengan kekosongan frame yang menaruh dirinya sendirian di frame yang sangat lebar.
![]() |
Hal ini semakin menegaskan kesendirian dan kelapangan emosi yang dimiliki oleh Officer K, di mana ia tidak dapat merasakan emosi yang terlihat di hadapannya. Shot ini didominasi dengan meletakan Officer K di tengah-tengah frame untuk semakin menjelaskan kehidupannya yang sendirian.
4. Komposisi Frame
Sedari awal setiap shot dalam film ini memang tak ingin dibuat kesan natural melainkan terasa di setting. Karena itulah setiap shotnya punya komposisi frame yang terkesan simetris dan terarah.
Komposisi di film ini juga selalu on point menunjuk ke arah ke setiap karakternya terutama ke Officer K. Dengan bantuan leading line serta frame within frame, setiap shot di film ini diarahkan ke arah setiap lekuk tubuh dari karakternya.
5. Pencahayaan yang Kontras
Beberapa set di dalam kota didominasi dengan penggunaan cahaya yang sangat kontras. Di satu sisi terlihat sangat terang namun di sisi lainnya sangat gelap bahkan hingga mencapai titik buta yaitu hitam.
Hal ini dibuat bukan tanpa sengaja melainkan bertujuan meraih aspek emosi kepada para penontonnya. Dengan adanya satu titik terang yang di sisi lain ada titik buta mutlak, fokus penonton tidak terpecah kepada karakternya walau di kala itu menggunakan wide shot.
Dari kelima aspek tersebut lah Blade Runner 2049 berhasil mencapai konsep sinematik yang hakiki dalam dunianya. Sampai sekarang film ini menjadi salah satu film rujukan sinematografi yang diajarkan oleh berbagai sekolah film di seluruh dunia karena keberhasilannya.
Blade Runner 2049 berhasil membuktikan bahwa sinema dapat membawakan aspek sinematik yang megah walau dengan penceritaan yang datar.
(ass/ass)