The Batman Aman dari Superhero Fatigue Gegara Ini

Asep Syaifullah
|
detikPop
The Batman
The Batman. Dok. Warner Bros
Jakarta - Fenomena superhero fatigue atau kejenuhan penonton pada film superhero menjadi momok besar untuk studio-studio seperti Marvel dan DC. Beragam film mereka pun telah menjadi korbannya.

Namun ada cara untuk mengakali hal tersebut, sebagaimana yang diungkapkan oleh bintang The Batman yakni Paul Dano. Pemeran Riddler itu menyebutkan jika dirinya sadar akan fenomena tersebut namun ia tak pernah merasa film yang dibintanginya itu akan menjadi korbannya dan flop.

Dalam wawancaranya bersama The Independent, Dano menyebutkan jika The Batman adalah sebuah real film dan berbeda dengan film sejenisnya.

"Ada cukup banyak film dari komik yang kau sudah tahu apa yang akan kau saksikan tanpa menontonnya. Membaca naskah The Batman aku langsung tahu jika ini adalah real film," tuturnya.

"Seseorang mungkin memberikan nafas baru (untuk film superhero) atau menjajal kebangkitan lainnya yang di luar dari superhero," tambahnya.

Produksi yang berlebihan merupakan salah satu alasan penyebab hadirnya fenomena tersebut. Ia pun merasa jika banyak yang menjuluki karya dengan sebutan konten dan hal ini cukup berdampak secara tak langsung.

Cuplikan adegan Paul Dano di The Batman (2022).Cuplikan adegan Paul Dano di The Batman (2022). Foto: Dok. Warner Bros

"Ketika sebutan konten muncul pada karya kita (entah film atau acara televisi) maka yang muncul adalah kuantitas di atas kualitas, yang mana merupakan langkah besar yang keliru."

"Ku rasa aku tak butuh itu semua sebagai penonton atau pun aktor," tambahnya.

The Batman memang menghadirkan hal berbeda dari sejarah panjang film tersebut. Di tangan Matt Reeves, ia mengobrak-abrik pangeran Gotham tersebut.

Batman versi Robert Pattinson menjadi satu-satunya yang tak membunuh seseorang di dalam sebuah film sejak karakter itu muncul pertama kali di sinema pada 57 tahun lalu, di mana dimainkan oleh Adam West pada 1966 dan disutradarai oleh Leslie H Martinson yang juga ditampilkan menghabisi musuh-musuhnya di sana.

Matt Reeves seperti ingin menunjukkan sikap asli pahlawan berjubah hitam itu seperti di dalam komik di mana ia tak pernah menghabisi lawan-lawannya. Ia pun menjelaskan alasan kenapa Batman versi dirinya tak mau membunuh.

"Itu bisa diinterpretasikan pada dua cara. Apakah ia hanya ingin untuk memberikan hukuman yang pantas, atau dia ingin membunuh dan pengendalian dirinya mencegah dia melakukannya," tuturnya dilansir dari ScreenRant.

Sebenarnya pada The Dark Knight garapan Christopher Nolan, Batman versi Christian Bale tak membunuh musuhnya secara langsung. Ia memang sempat membuat Two-Face kecelakaan dan terjatuh dari gedung meski pun tak berniat menghabisinya.

Sementara pada film sebelumnya yang masih dibintangi Bale yakni Batman Begins (2005) Bruce Wayne meledakan markas dari League of Shadow milik R'as Al Ghul (Liam Neeson) dan membuat ia serta anak buahnya meninggal.

"Aku tak akan membunuhmu, tapi aku juga tak mau menyelamatkanmu," tutur Batman di film itu.

Setelah meraih sukses dengan film pertamanya, Matt Reeves pun kembali didapuk sebagai sutradara film yang menceritakan versi muda dari sang superhero kota Gotham. Dilansir dari Batman-News, disebutkan mereka sudah mulai pra-produksi sejak November lalu dan dilakukan di studio milik Warner Bros di Inggris, tempat di mana film pertama dibuat.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO