Avatar: The Last Airbender Bukan Buat Anak-anak
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis Avatar: The Last Airbender
Dunia terbagi menjadi empat negara. Di tiap negara, ada sekelompok orang luar biasa, memanfaatkan bakat bawaan mereka dan memanipulasi elemen asli mereka.
Tapi di setiap generasi, hanya satu yang mampu mengendalikan keempat elemen yaitu Avatar. Avatar adalah roh dunia yang diwujudkan dalam bentuk manusia.
Ketika Avatar mati, ia reinkarnasi ke negara berikutnya dalam sebuah siklus. Avatar biasanya memulai dengan penguasaan elemen aslinya, lalu belajar menguasai keempat elemen lain.
Selama berabad-abad, inkarnasi Avatar yang gak terhitung jumlahnya, menjaga keharmonisan keempat negara. Kemudian, Negara Api melancarkan perang melawan tiga negara lainnya.
Negara Api hampir mencapai kemenangan akhir dalam perang kejamnya buat menguasai dunia. Banyak yang percaya Avatar gak pernah terlahir kembali dan siklusnya terputus.
![]() |
Review Avatar: The Last Airbender
Ceritanya berpusat pada Aang, yang terbangun, menemukan rakyatnya musnah dan Negara Api sedang melancarkan perang terhadap dunia. Rasa trauma itu lalu membentuk masa depannya.
Aang adalah satu-satunya orang di dunia yang dapat mengendalikan keempat elemen dan berfokus pada perannya sebagai pembawa perdamaian, penyelamat, dan pembuat keajaiban.
Adaptasi animasi jadi live action, sering jadi tantangan berat. Avatar: The Last Airbender pun mencoba menembus itu bersama Netflix, terlebih setelah berhasil dengan One Piece.
Tapi kadang, perubahan media juga sering kali jadi godaan buat menghilangkan keunikan dari cerita aslinya. Seperti yang terjadi dalam 8 episode Avatar: The Last Airbender.
Sebagian besar pesona yang menonjol pada animasinya hilang, dengan fantasi yang lebih serius. Avatar: The Last Airbender, juga kayaknya nggak ramah-ramah amat buat anak.
Imajinasi itu ditukar dengan warna yang lebih gelap, lebih dewasa dan penuh dengan kekerasan.
Tapi pemilihan casting yang cerdik berhasil menyelamatkan serial tersebut. Aang, Katara, dan Sokka (masing-masing diperankan oleh Gordon Cormier, Kiawentiio, dan Ian Ousley) merupakan sekelompok aktor muda yang solid.
Cormier bahkan terlihat seperti cetakan sketsa 2D Aang. Aktingnya mengesankan bagi seorang aktor berusia 12 tahun yang jadi pemeran utama dalam sebuah cerita besar.
Di tengah kekecewaan imajinasi yang terasa lebih gelap, Cormier membantu membangkitkan kegembiraan dan keceriaan, dengan tanggung jawab besar di pundaknya untuk menyelamatkan dunia.
Sokka adalah karakter paling lucu, yang kerap mencairkan suasana. Katara, juga cakap jadi detak jantung tim tersebut. Ketiganya seperti membentuk ikatan persahabatan sebagai sebuah tim. Meski ada beberapa yang terasa gak natural.
![]() |
Koreografi yang ditampilkan juga menambah keunikan serial ini. Aang dengan mudah melompat, melayang sesuai keinginannya. Ia juga punya gaya bertarung yang menyenangkan, menggunakan lingkungan buat keuntungannya.
Lagi-lagi, kesulitan nomor satu dalam adaptasi fantasi adalah banyak hal yang terasa kurang alami jika gak dieksekusi dengan baik. Tapi secara keseluruhan, Avatar: The Last Airbender ini punya peningkatan dari adaptasi live action yang disutradarai oleh M. Night Shyamalan pada 2010.
Beberapa adegan aksi divisualisasikan dengan tajam. Alam yang ditampilkan di animasi juga dikemas dengan baik di live action ini.
Genre | Action, Adventure, Fantasy |
Runtime | 1 hour/8 episode |
Release Date | 22 Februari 2024 |
Production Co. | Netflix |
Creator | Albert Kim |
Base On | Avatar: The Last Airbender karya Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko |
Cast | Gordon Cormier - Aang Kiawentiio - Katara Ian Ousley - Sokka Dallas Liu - Prince Zuko Paul Sun-Hyung Lee - Uncle Iroh Daniel Dae Kim - Fire Lord Ozai Ken Leung - Commander Zhao Ruy Iskandar - Lieutenant Jee Elizabeth Yu - Azula Matthew Yang King - Appa |