Nonton Konser K-Pop 2025 Masih Tukar Wristband, Fans: Primitif!

Atmi Ahsani Yusron
|
detikPop
Antrean Penggemar SEVENTEEN di Lotte Mall Jakarta.
Penggemar SEVENTEEN sedang mengantre di Lotte Mall, Jakarta Selatan. Foto: Atmi Ahsani Yusron/ detikcom
Jakarta - Ratusan ribu orang menyaksikan konser K-Pop di Jakarta setiap tahunnya. Sepanjang 2024 aja sederet nama besar udah menjejakkan kakinya di panggung konser Ibukota mulai dari IU, Super Junior, 2NE1, hingga boyband HYBE seperti TXT dan ENHYPEN. Walaupun konsernya berjalan sukses nih, tapi perjalanan menuju hari H nggak bisa diabaikan begitu aja. Konser K-Pop, mulai dari ticketing sampai berbaring di atas kasur dan mengalami post-concert depression, merupakan satu pengalaman utuh. Kalau ada yang nggak menyenangkan dari salah satu prosesnya malah bisa merusak pengalaman nonton konser itu secara keseluruhan. Tapi nggak semua promotor bisa mempertahankan pengalaman itu dari A sampai Z. Selalu aja ada dramanya!

Ribuan CARATs (fans SEVENTEEN) datang pagi-pagi banget ke Lotte Mall, Jakarta Selatan, pada Selasa (5/2/2025). Hari ini ada jadwal wristband redemption (penukaran gelang) untuk konser tur dunia SEVENTEEN RIGHT HERE di Jakarta yang akan berlangsung pada Sabtu-Minggu, 8-9 Februari 2025 di Jakarta International Stadium. Di hari kerja dengan cuaca yang nggak pasti ini, mereka harus bela-belain izin dari tempat kerja atau menunda semua urusan sepanjang hari ini buat penukaran tiket.

Jujurly kalau proses penukarannya cuma sebatas datang, masuk, lalu pulang dengan gelang dalam waktu 15 menit (atau satu jam deh paling lama) mungkin nggak akan jadi masalah. Tapi kan kenyataannya nggak begitu. Buat ngedapetin gelang yang sudah dibeli dengan harga minimal Rp 1,6 juta (belum termasuk pajak) ini fans harus bangun pagi, mereka yang naik kendaraan umum menuju pusat kota harus berdesakan dengan para pekerja kantoran, antre di depan pintu mal yang belum buka (tanpa ada jaminan soal kenyamanan sama sekali sampai mereka masuk ke area mal), berdiri dan berjalan sesuai keramaian antrean, baru akhirnya bisa menggenggam wristband tiket yang dibeli dengan perang susah payah.

Itu pun masih belum termasuk tantangan buat melarikan diri dari calo. Faktanya, di pintu keluar lokasi penukaran wristband, sederet pria paruh baya udah siap bidding harga tertinggi.

Antrean Penggemar SEVENTEEN di Lotte Mall Jakarta.Antrean Penggemar SEVENTEEN di Lotte Mall Jakarta, hari ini. Foto: Atmi Ahsani Yusron/ detikcom

"Gue dapat tips dari teman yang antre di hari pertama, katanya datang aja deket-deket jam buka mal. Tadi gue datang dan mulai antre jam setengah 10 pagi," kata Rili, fans K-Pop yang ditemui detikpop di Lotte Mall. Rili terlihat baru keluar dari area penukaran tiket dengan wajah cukup lelah. "Nggak apa-apa kok, ayo ngobrol aja," kata Rili setuju buat membagikan pengalamannya hari ini.

Rili merasa beruntung dia bukan fans dari luar Jakarta dan bekerja di kantor dengan sistem hybrid. Tinggal di dalam kota membuat usahanya untuk datang ke lokasi penukaran jadi nggak terasa berat. Meski begitu dia tetap merasa apa yang dilakukan promotor Mecimapro ini nggak bisa ditoleransi. Terlebih karena dia tahu ada banyak CARATs yang harus datang dari luar kota untuk wristband redemption ini.

Buat Rili, effort yang harus seseorang keluarkan untuk konser K-Pop, yang harusnya tuh jadi hiburan, terlalu besar. Belum apa-apa udah capek duluan karena sudah banyak energi yang dikeluarkan untuk rentetan event wajib sebelum konser. Rili juga tegas bilang kalau wristband redemption seperti yang dilakukan Mecimapro ini sudah ketinggalan zaman. Kalau dalam bahasa Rili saat berbincang tadi "primitif".

"Cara Mecima sebagai promotor masih primitif. Aku terakhir nonton INFINITE, kita cuma dikasih barcode terus dikasi wristband di hari acara. Memang antrenya panjang, tapi lane-nya banyak," kata Rili. "Paham sih lokasi dan crowd-nya beda, tapi menurut aku cara redemption seperti ini nggak efisien," lanjutnya. detikpop juga datang ke konser yang dimaksud dan memang confirmed sangat hassle-free.

"Teman-teman CARATs hari ini aku lihat ada yang udah datang dari jam setengah 7 pagi. Itu kan nggak manusiawi ya. Aku aja datang jam 10 pagi, baru selesai jam 2 siang. Kalau ngadain kayak gini, it's fine, tapi tempatnya harus lebih besar dengan waktu yang lebih panjang. Katanya sih tadi yang hari ini udah ada improvement efek kejadian kemarin. Crowd management-nya lebih baik," lanjut Rili.

(Baca halaman berikutnya)

Nggak cuma Rili loh yang ngerasa begitu. Beberapa fans yang detikpop temui di lokasi penukaran juga mengamini. Mereka merasa aneh aja gitu, di zaman serba barcode ini, apa-apa tinggal scan dan sat-set, fans harus dipaksa untuk datang melakukan ritual penukaran tiket, menghabiskan minimal 4 jam waktu mereka buat antre dari satu lantai ke lantai yang lain. Sementara promotor lain bisa menerapkan sistem non-redemption yang dirasa lebih friendly.

CK Star Entertainment di beberapa konser yang mereka gelar seperti konser solo Key SHINee di Jakarta 2024 dan konser LIMITED EDITION INFINITE pada Januari lalu sudah menerapkan sistem non-redemption. Tiket dibeli lewat loket penjualan resmi, barcode didapatkan, langsung datang ke hari konser dan duduk manis sesuai seat number (atau berdiri di festival buat kelas standing). Nggak ada tuh waktu buat misuh-misuh di basement mal yang pengap sampai harus ada insiden yang menyebabkan cedera.

"Ini proses yang nggak perlu. Yang penting kita punya barcode, kita bisa masuk," kata Diva yang memilih datang siang hari untuk mulai antre redemption. Menurut dia, dengan penukaran wristband seperti ini pun nggak menjamin keamanan soal distribusi tiket ilegal.

"Kemaren sempat ramai di X, CARATs datang buat nuker gelang, orangnya baru datang, tapi status barcode-nya sudah dipakai. Dia udah antre berjam-jam tapi tiketnya nggak ada. Nah itu kan kita nggak tahu apakah karena kelalaian staf atau gimana. Lagipula kan konser di Indonesia juga udah banyak yang masuk venue langsung scan barcode. Kenapa masih harus kayak gini? Bahkan ticketing di Mecima pun masih pake Google Form," tambah Diva sambil ketawa.

Antrean Penggemar SEVENTEEN di Lotte Mall Jakarta.Antrean Penggemar SEVENTEEN di Lotte Mall Jakarta, hari ini. Foto: Atmi Ahsani Yusron/ detikcom

Sebagai CARATs, ini merupakan konser besar SEVENTEEN kedua yang didatangi Diva (dan dipromotori oleh Mecima). Tapi pengalamannya soal ticketing nggak membaik sejak tahun 2022 ke 2025.

"Makin parah. Dulu justru penukaran di ICE BSD, holding ICE BSD lebih aman, nyaman karena dingin soalnya di sana kan nggak pernah, nggak dingin," tutup Diva.

Putri yang datang dari Tangerang dan bertemu Diva di lokasi antrean menimpali setuju. Dia juga menyoroti penggunaan material untuk wristband yang seharusnya bisa dikurangi karena pada akhirnya nggak perlu-perlu amat. Sebagai informasi, satu package wristband terdiri dari gelang yang terbuat dari kain, plastik pengait untuk mengeratkan, kertas branding konser, dan plastik pembungkus.

Kekhawatiran Putri sebenarnya juga masuk akal. Apalagi kalau memikirkan dokumen yang harus dicetak dan dibawa saat penukaran wristband. Kertas-kertas ini berujung akan jadi sampah yang menambah timbunan sampah nasional. Mengutip artikel dari KemenkoPMK berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022, ada 21,1 juta ton timbunan sampah nasional. Sekitar 34,29% (7,2 juta ton) bahkan belum terkelola dengan baik. Selama ini belum pernah ada informasi yang pasti soal pengelolaan sampah-sampah bekas perintilan penukaran tiket konser K-Pop dari promotor mana pun.

"Kan udah ada barcode, malah kalau ditukerin jadi wristband buang-buang bahan juga nggak sih? Belom antreannya. Mending sekali antre kan, kalo barcode langsung scan masuk venue. Kalo tuker wristband kebanyakan antrenya, capek duluan," katanya.

Indonesia adalah pasar yang besar buat K-Pop dan tren serta peminat konser artis Korea Selatan nggak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Fans sebagai konsumen utama dari konser-konser ini juga berhak mendapatkan hak mereka, baik yang memang sudah jadi kewajiban dari promotor, atau sekadar didengarkan sarannya.

Galih, fans SEVENTEEN dari Cakung, Jakarta Timur, yang juga ikut antre penukaran gelang hari ini menyimpulkan perasaan para penggemar di atas. Menyoroti bagaimana promotor seharusnya lebih maju dalam urusan teknis dan teknologi, alih-alih terjebak dalam kerangkeng metode jadul yang harusnya udah bisa ditinggalkan.

"Zaman sekarang teknologi kan udah canggih ya, harusnya dari promotornya sendiri harus lebih aware sama hal-hal kayak gini. Biar penonton dan fans yang datang nggak lama nunggu, terus mereka nyusahin kita-kita. Kita kan bayar, bukan gratisan. Menurut saya promotornya harus melek teknologi sih," kata Galih.

Soal keputusan tetap menerapkan sistem wristband redemption ini, tim detikcom sudah mencoba menghubungi pihak promotor namun belum ada jawaban.



Simak Video "Video: Konser G-Dragon di Bangkok Batal, Fans Protes"
[Gambas:Video 20detik]

Halaman Selanjutnya

Nonton Konser K-Pop 2025 Masih Tukar Wristband, Fans: Primitif!




TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO