Pakar Sebut Popularitas Drama & Film Korea Nggak Tahan Lama

10 tahun terakhir, terasa banget euforia para penggemar drama Korea di Indonesia. Apalagi setelah agensi artis drakor tahu pasar Indonesia besar banget dan mereka jadi sering menggelar fanmeeting di Tanah Air. Ini bisa jadi salah satu bukti drama Korea masih punya tempat di hati publik Indonesia.
Film Korea pelan-pelan juga mengikuti. Dengan banyaknya aktor dan aktris drama Korea yang merambah ke layar lebar, jumlah penonton film Korea jadi meroket tinggi. Exhuma yang menampilkan Lee Do Hyun dan Kim Go Eun jadi salah satu buktinya.
Tapi menurut pakar film dan drama Korea, dua konten Korea ini masih punya masa depan yang belum jelas. Beda dengan K-Pop yang lebih dulu mengunci pasar global dan menjadikan diri mereka sebagai produk sukses yang udah megang banget.
Hal ini disampaikan Yang Woo Seok, sutradara film Steel Rain (2017), The Attorney (2013), dan Family Matters (2024). Dilansir dari Korea Times pada Selasa (17/12/2024), Yang Woo Seok mengakui Korea Selatan memang ada di ranking teratas dalam hal ekspor konten, tapi bukan berarti ini posisi yang aman.
"K-games dan K-Pop sudah punya pijakan yang stabil, tapi drama dan film justru menghadapi krisis," katanya.
"(Kalau suatu saat) hilang (dari pasar) ini nggak mengejutkan," lanjut Yang Woo Seok.
Pernyataan si sutradara mungkin terasa mengejutkan. Tapi dia punya alasan kuat mengatakan hal ini. Menurut Yang Woo Seok sampai saat ini industri drama dan film Korea masih nggak punya pijakan yang bisa membuat mereka tetap hidup dan tumbuh.
Perubahan kebiasaan orang dalam mengakses konten saat ini jadi salah satu hal yang bisa membuat eksistensi drakor dan film Korea menghilang. Walaupun judul-judul seperti Squid Game dan berbagai konten di Netflix mencuat, ini nggak bisa jadi jaminan.
![]() |
Kritikus Ha Jae Geun mengamini hal ini. Menurutnya, K-Pop sudah berhasil banget jadi konten Korea yang diterima secara internasional. Tapi buat drama dan film Korea, ekspansinya masih sebatas regional dan lokal.
"K-Pop sudah berhasil mencuri perhatian seluruh dunia, pasar terbesar drakor di sisi lain masih di Asia Tenggara. Kalau film masih sangat niche, masih kecil fanbase-nya," kata Ha Jae Geun.
Dia melanjutkan, drama dan film Korea di mata global sangat mudah digantikan dengan alternatif tontonan lain. Itu merupakan masalah pertama yang harus dihadapi oleh industri saat ini.
Selain itu, fakta bahwa produksi film lokal saat ini sedang menghadapi krisis dan belum ada penyelesaian yang pasti membuat industri film Korea Selatan diambang kehancuran. Seorang sumber dari perusahaan produksi menyebut, banyak rumah produksi mengalami kesulitan finansial.
"Finansial mereka sedang nggak baik. Investor juga sedang tertutup buat pasar film dan drama," lanjut Ha Jae Geun.
![]() |
Lo terus gimana dengan popularitas internasional drakor lewat Netflix?
Menurut Ha Jae Geun ini justru jadi sebuah masalah. Pada akhirnya industri drama Korea jadi bergantung pada platform seperti Netflix buat distribusi mereka.
"Pengaruh global Korea Selatan itu kurang banget di platform streaming dan ini jadi kelemahan yang signifikan. Kita punya kreator dan aktor/aktris yang bertalenta, tapi pasar domestiknya benar-benar terbatas," tutup dia.