K-Movie
Review Exhuma: Saat Iblis Meneror Dukun dan Tukang Gali Kubur

Ketika layar bioskop mulai gelap, terdengar suara berdengung yang aneh dan cukup mengganggu, sebelum akhirnya kita diperlihatkan adegan Hwa Rim (Kim Go Eun) dan Bong Gil (Lee Do Hyun) di dalam pesawat. Bong Gil menyumbat telinganya dengan headphone, mungkin untuk menghalau suara-suara berdengung saat naik pesawat, sementara Hwa Rim seperti malah mendengar suara-suara lain. Suara yang bukan berasal dari dunia manusia.
Seorang pramugari lalu datang, bertanya apakah mereka mau minum lagi. Dia bertanya dalam bahasa Jepang.
"Maaf, tapi aku orang Korea," kata Hwa Rim.
Nggak banyak yang tahu kalau akhirnya pernyataan itu jadi salah satu hal penting sepanjang film Exhuma yang kini sudah tayang di Indonesia lewat jaringan bioskop CGV dan Cinepolis.
![]() |
Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Jang Jae Hyun (sebelumnya menyutradarai dan menulis film The Priests, dirilis tahun 2015, dan akan dibuat spin-off diperankan Song Hye Kyo dan Jeon Yeo Been), Exhuma berkisah tentang sekelompok orang yang pekerjaannya sangat dekat dengan kematian dan hal-hal mistis. Ada empat karakter utama dalam film ini, dua di antaranya adalah Hwa Rim dan Bong Gil yang berprofesi sebagai dukun (shaman).
Meski terlihat muda dan sangat modern, Bong Gil dan Hwa Rim memegang teguh tradisi dan kepercayaan soal hal-hal astral. Mereka lalu dipertemukan dengan Kim Sang Deok (Choi Min Sik), ahli Feng Shui yang kadang-kadang diminta orang-orang kaya untuk mencari tanah yang paling cocok buat dijadikan pemakaman. Ada kalanya dia bersama rekannya, Young Geun (Yoo Hai Jin), jadi mandor gali kubur.
Suatu hari empat orang ini dapat klien orang kaya dari Los Angeles yang dari generasi ke generasi mengalami hal misterius dan gaib yang nggak bisa dijelaskan. Kelahiran anak pertama setelah berkali-kali istrinya keguguran membuat Ji Yong (Kim Jae Cheol) berusaha untuk menghentikan teror itu. Ketika sains tidak lagi bisa membantu, waktunya kembali ke cara-cara tradisional.
![]() |
Ketika Hwa Rim datang ke rumah Ji Yong, dia seperti tahu bahwa yang dihadapinya bukan sekadar setan iseng atau ibilis murahan. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari itu yang mungkin bisa mengancam nyawa nggak cuma keluarga Ji Yong, tapi juga dia, Bong Gil, Sang Deok dan Young Geun. Walaupun memang bayaran yang ditawarkan sangat fantastis, tapi apakah itu setimpal dengan risikonya?
Selama 134 menit, Exhuma berhasil bikin penonton nggak berkutik dan diam di kursi bioskop, sambil menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi para karakter-karakter yang muncul di layar. Terbagi dalam enam babak, film ini membungkus misteri dan penjahat utama dalam ceritanya dengan apik sehingga apa yang muncul di belakang sama sekali nggak terduga.
Ada banyak sekali 'momen hening' dalam film ini dalam arti tak ada musik di latar belakang, hanya suara hal-hal yang ada di layar. Ini membuat hujan deras yang turun setelah seorang penggali kubur membuat sebuah kesalahan besar dalam hidupnya terasa sangat mengerikan. Setiap kali kita diajak berjalan masuk lebih dalam ke area kuburan terpencil yang dikelilingi hutan pun rasa angkernya maksimal.
Exhuma juga memberi penonton waktu untuk peduli dan akhirnya sayang pada empat karakter utamanya lewat selipan-selipan kisah pribadi yang sama sekali nggak mengganggu jalan cerita utamanya. Sehingga ketika iblis datang dan mengancam nyawa mereka, penonton bergidik ngeri dan khawatir banget salah satu dari mereka tidak akan selamat sampai akhir.
Ada jumpscare yang akan bikin teriak karena ngagetin banget, tapi Exhuma bukan film yang dibuat untuk bikin kaget doang. Pas nonton ini rasanya seperti benar-benar menghadiri sebuah ritual pengusiran setan, seperti ikut turun ke liang lahat dalam proses ekshumasi, bahkan aroma darah dari babi-babi yang mati pun terasa menusuk dan keluar dari layar.