Spesial Banget! UWRF 2025 Bakal Luncurkan Buku Antologi Bilingual

Festival buku yang digelar ke-22 kalinya itu menampilkan jajaran penulis yang menginspirasi, pegiat dan aktivis, musisi hingga penulis pendatang baru di berbagai lokasi di Ubud. Uniknya, tahun ini ada 10 penulis muda yang cerpennya bakal terbit dalam format antologi di bahasa Indonesia dan Inggris.
Tim dewan juri Emerging Writers Program UWRF, Ratih Kumala, cerita ada 600 naskah yang masuk dan awalnya diseleksi oleh ketua tim juri I Made Purnamasari yang juga penulis asal Bali.
"600 karya yang masuk itu, disaring dulu awalnya sama dia lalu dikerucutkan jadi 30 dan kami harus memilih 10 nama, yang harus mewakili cerita Indonesia, secara tema I Am the Universe sih masuk tapi tahun ini gimana caranya bukan cuma menyaring mereka tapi juga menerbitkan dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris," ungkapnya saat jumpa pers di Wisma Habibie & Ainun, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/10).
![]() |
Menurut Ratih, penerbitan buku antologinya juga bekerja sama dengan Penguin Southeast Asia. Gak cuma bakal terbit dual bahasa, tapi juga harus membawa nilai lokal dan bisa dipahami global.
"Itu PR yang lumayan besar ya. Tapi banyak yang pakai bahasa daerah, gimana caranya memilih dan mengemas kayaknya bisa diterima juga sama pembaca global," ungkap Ratih.
Bagi penulis muda yang berhasil lolos seleksi program UWRF kali ini, Ratih bilang bisa jadi batu loncatan dalam berkarya.
"Jadi batu loncatan karyamu sudah langsung terbit kedua bahasa dan ke Asia Tenggara pula," tegasnya.
Salah satu emerging writers, Udiarti, mengapresiasi salah satu cerpennya lolos dalam seleksi dan diterbitkan bilingual.
"Ketika karya saya lolos bareng penerjemah, jurnalis, dan penyair juga, yang saya rasakan apa sih kontribusi selanjutnya dalam dunia sastra hari ini. Dampaknya kontribusi bisa memotivasi diriku selanjutnya, apa yang bisa aku munculkan di sini, bisa memanfaatkan peluang ini," katanya.
Mengusung tema Aham Brahmasmi - I am the Universe, para narasumber akan menggali jalinan erat antara diri dan semesta melalui percakapan dan diskusi panel, makan siang sastra, pertunjukan musik dan pentas puisi, peluncuran buku, lokakarya, dan banyak lagi.
(tia/wes)