Rianto Populerkan Tari Lengger dan Jawa hingga ke Jepang

Lama berkecimpung di dunia tari tradisi, Rianto sudah tinggal di Jepang sejak 2017 lalu dan tetap mengajarkan budaya tari Lengger, Jawa, dan Bali di negeri Sakura tersebut.
"Animonya sangat luar biasa ya, mereka merasakan irama musik dan Tokyo dibutuhkan sekali karena budaya Indonesia juga ternyata mengurangi tingkat bunuh diri dari mereka. Proses healing-lah," ungkap Rianto saat diwawancarai di Galeri Indonesia Kaya, Selasa (30/9).
Rianto cerita banyak warga Jepang yang melihat tari tradisi Indonesia ngaku sampai menangis. "Mereka bilang mau belajar," ucap Rianto.
Studio tarinya bisa mengajarkan minimal 25 hingga 80an orang. Menurut Rianto, gak cuma warga Jepang saja yang belajar namun juga pekerja Indonesia yang bekerja di Jepang dan kangen akan budaya tradisinya.
"Kebanyakan juga tenaga Indonesia, Sabtu-Minggu libur dan luangkan waktu untuk belajar," terangnya.
Dia melanjutkan omongannya, "Istri saya orang Jepang dan bisa ngajar nari juga."
Tarian Sebagai Terapi dan Cegah Bunuh Diri
Lewat tarian, Rianto menegaskan bisa jadi terapi penyembuhan dan mencegah budaya bunuh diri. Di Jepang, ia ngaku tekanan dan kehidupan yang keras buat masyarakatnya bisa menyebabkan tingginya angka bunuh diri.
Dari menari itulah, ia berharap bisa menyadarkan manusia untuk mencintai tubuhnya sendiri.
"Pekerjaan yang mengunggulkan ego untuk jauh ke depan. Namun, kita juga butuh ruang untuk diskusi. Ketenangan, ketulusan tapi mendamaikan diri kita. Nilai kemanusiaan harus melindungi manusia lain. Bahwa leluhur kita pernah punya pesan disampaikan. Wong jowo gak bakal ilang Jawa-nya," ungkapnya.
Menari pun, lanjut Rianto, punya pakem dan aturan tersendiri sehingga menimbulkan rasa disiplin.
"Yang coba untuk disampaikan lewat sikap disiplin itu. Harus tahu dasarnya dulu, kalau kita men-create kesenian Lengger, walaupun gerakan loncat bisa mempertanggungjawabkan gerakan ini," pungkasnya.
(tia/pus)