34 Lukisan Putu Fajar Arcana Bakal Dipamerkan di Jakarta

Dalam ranah seni rupa, kata 'chromatica' dinilai mampu mewakili pencariannya. Warna-warna itu tercipta dari satu gelombang cahaya yang dipantulkan oleh sumber cahaya.
"Ini hukum yang dicetuskan oleh Isaac Newton, di mana setiap warna tercipta tergantung dari panjang pendeknya gelombang," ungkap Putu Fajar Arcana dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Kamis (14/8).
Nama Putu Fajar Arcana bukan sembarang seniman. Pria kelahiran Negara, Bali, pada 1965, menempatkan warna sebagai wujud dari gelombang cahaya. Dari warna-warna yang terpadatkan itulah kini hadir lewat lukisan.
"Lukisan bersumber dari cahaya yang dibutuhkan dalam proses healing," sambung Putu.
Ketika melukis yang dianggapnya sebagai proses penyembuhan diri, ia menggambar tidak pakai kuas sebagai alat utama tapi memilih lainnya. Putu memutuskan buat memakai tiupan angin, panas api, dan tumpahan air yang membentuk lapis demi lapis warna di atas kanvas.
![]() |
Teknik itu juga dianggap sebagai proses meditasi. "Keberadaan kita sebagai makhluk di tengah-tengah semesta yang maha besar ini. Penyadaran ini penting dalam proses healing," ujar Putu.
Pameran tunggal Putu Fajar Arcana bakal dibuka pada Sabtu (16/8) pukul 18.00 WIB. Pertunjukan teater Tubuh Bertumbuh: Dukkha-Daya-Cahaya bakal menampilkan Sha Ine Febriyanti, Joanne Win, dan penari Try Anggara. Ketiganya bakal berkolaborasi gabungkan sastra, teater, tari, dan seni rupa.
Eksibisi Chromatica bakal berlangsung pada 17-21 Agustus 2025 di The Gallery, The Dharmawangsa, Jakarta.
(tia/dar)